TNI Meningkatkan Frekuensi Latihan Militer dengan Negara ASEAN dan China
Tanggal: 5 Agu 2024 08:29 wib.
Kepala Staf TNI Angkatan Darat Maruli Simanjuntak mengungkapkan rencana tentara Indonesia untuk meningkatkan frekuensi latihan militer dengan negara-negara ASEAN dan China. Menurut Nikkei Asia, langkah ini diambil untuk memperkuat kemitraan dengan lebih banyak negara, termasuk Amerika Serikat (AS), Eropa, Afrika, serta dengan negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa (PBB) di Asia Tenggara.
Pada kesempatan tersebut, Jenderal Bintang 4 ini menyatakan, "Kami menghadapi masalah yang hampir sama di ASEAN." Hal ini mengindikasikan pentingnya kerja sama di wilayah Asia Tenggara dalam mengatasi berbagai tantangan dan ancaman keamanan.
Belakangan, ASEAN telah melaksanakan latihan maritim gabungan ASEX 01-Natuna. Latihan ini melibatkan pasukan dari seluruh negara anggota ASEAN, menjadi langkah penting di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah Laut China Selatan.
Dalam konteks ini, Jenderal Maruli menekankan bahwa semakin sering dilakukan latihan bersama, semakin banyak ilmu yang akan diperoleh. Hal ini mendorong peningkatan kemampuan teknologi militer dan pertahanan di tengah eskalasi geopolitik yang sedang terjadi.
Namun, lebih dari sekadar peningkatan keterampilan militer, latihan bersama juga memiliki tujuan diplomatik dan komunikasi antar angkatan bersenjata negara peserta. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan koordinasi dan kerjasama dalam menghadapi insiden keamanan yang mungkin terjadi di wilayah tersebut.
Selanjutnya, TNI juga sedang mempersiapkan diri untuk melaksanakan latihan bersama dengan China, yang kemungkinan akan dimulai tahun depan. Hal ini merupakan hasil dari pertemuan antara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, yang juga merupakan Presiden terpilih pada waktu itu, dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Jakarta pada bulan April.
Pertemuan tersebut membahas tentang rencana pelaksanaan latihan militer serta kerja sama dalam industri pertahanan antara kedua negara. Oleh karena itu, TNI sedang berupaya merancang jenis latihan yang dibutuhkan untuk memperkuat kerja sama dengan China dalam bidang pertahanan.
Meskipun terdapat ketegangan antara Jakarta dan Beijing terkait kepulauan Natuna di wilayah Laut China Selatan, Indonesia tetap mempertahankan sikap netralnya. Sikap ini merupakan bentuk dari upaya diplomasi Indonesia dalam menjaga stabilitas keamanan regional di wilayah tersebut.
Di samping itu, TNI juga telah membahas rencana untuk melakukan latihan terpisah dengan Amerika Serikat akhir tahun ini, yang menunjukkan kesungguhan dan keterbukaan Indonesia dalam menjalin kerja sama di bidang pertahanan dengan berbagai negara, tanpa mengabaikan prinsip-prinsip diplomasi yang telah dijunjung tinggi.
Dengan meningkatnya frekuensi latihan militer dengan negara-negara ASEAN dan China, Indonesia sebagai anggota aktif di ASEAN juga diharapkan dapat memperkuat peran dan kontribusinya dalam menjaga stabilitas keamanan regional, serta memperkuat kemitraan strategis dengan negara lain di Asia Tenggara. Terjunnya TNI dalam aktivitas latihan militer ini juga menjadi kesempatan bagi para personel militer untuk memperluas wawasan serta memperoleh pengalaman baru dalam menghadapi dinamika keamanan regional yang semakin kompleks.
Sebagai catatan, upaya peningkatan kerja sama antara TNI dan negara-negara lain dalam hal latihan militer turut menunjukkan keseriusan Indonesia dalam menjaga stabilitas keamanan regional, menjauhkan wilayah Asia Tenggara dari konflik yang berkepanjangan, serta mendukung terwujudnya kerja sama yang bermanfaat untuk menciptakan perdamaian dan keamanan di wilayah tersebut.