Ternyata Pesawat Memicu "Kiamat" Bumi, Ini Buktinya
Tanggal: 26 Sep 2024 19:34 wib.
Perubahan iklim adalah isu lingkungan yang semakin memprihatinkan. Fenomena ini disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya adalah kontribusi penerbangan terhadap pemanasan global. Dalam hal ini, contrails, atau jejak kondensasi pesawat, menjadi perhatian utama para ilmuwan dan peneliti. Contrails, yang diklasifikasikan sebagai emisi non-CO2, diyakini memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan. Hal ini menjadi fokus diskusi dalam simposium Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO).
Secara singkat, contrails adalah awan yang terbentuk saat pesawat terbang di ketinggian tinggi di daerah yang dingin dan lembab yang disebut daerah es jenuh (ISSR). Ketika bahan bakar pesawat dibakar oleh mesin, uap air akan mengembun pada partikel jelaga untuk membentuk kristal es. Kristal es ini akan terus bertambah dan membentuk awan cirrus yang akan terlihat membuntuti di belakang pesawat ketika melintasi langit.
Salah satu dampak yang disebabkan oleh contrails adalah peningkatan pemanasan global. Menurut pernyataan Donald Wuebbles, seorang profesor di Universitas Illinois, jejak-jejak ini memerangkap sebagian panas yang naik dari Bumi pada malam hari, mencegahnya terpancar kembali keluar dari atmosfer sehingga bertindak sebagai gas rumah kaca, yang menyebabkan pemanasan. Bahkan, kondensasi yang bertahan di langit selama beberapa menit terkadang tidak begitu mengkhawatirkan, namun jika terbentuk pada malam hari, jejak tersebut mungkin akan bertahan sedikit lebih lama, dan pada malam hari jejak tersebut dapat menyebabkan efek pemanasan yang signifikan.
Menurut studi tahun 2021, jejak kondensasi dapat membentuk hingga 57% dari dampak penerbangan pada pemanasan global, jauh lebih banyak daripada emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar. Namun, perlu diperhatikan bahwa emisi tersebut memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan dengan CO2, sehingga dampaknya terhadap pemanasan global dapat berkurang dengan cepat.
Namun, tidak semua penerbangan menghasilkan contrails. Hal ini bergantung pada kondisi cuaca dan lintasan penerbangan. Sebagai contoh, Air France melaporkan bahwa hanya 4% penerbangan yang bertanggung jawab atas sekitar 80% dampak jejak kondensasi maskapai terhadap pemanasan global. Hal ini didasari oleh hasil lebih dari 3.000 pengamatan yang dilakukan selama 18 bulan untuk menghindari wilayah terbang yang beresiko akibat kondisi cuaca yang tidak mendukung.
Menurut laporan University of Cambridge, penerapan sistem penghindaran jejak kondensasi global dapat mengurangi dampak penerbangan terhadap iklim hingga 40%. Namun, pemberlakuan sistem ini di masa depan dianggap akan semakin sulit dengan semakin banyaknya penerbangan di udara. Irene Boyer-Souchet, perwakilan dari Air France, menyebutkan bahwa semakin rumitnya penerapan sistem penghindaran jejak kondensasi di masa depan dapat menjadi tantangan tersendiri.