Ternyata Bali Masuk Daftar 15 Destinasi Dunia yang Tidak Layak Didatangi pada Tahun 2025? Ada Apa?
Tanggal: 22 Nov 2024 13:40 wib.
Situs panduan perjalanan Fodor's telah merilis daftar 15 destinasi wisata di seluruh dunia yang tidak layak untuk dikunjungi pada tahun 2025. Dalam daftar tersebut, Bali, yang dikenal sebagai destinasi pariwisata populer, menduduki posisi puncak. Hal ini disebabkan oleh masalah overtourism atau pariwisata yang berlebihan yang berdampak negatif terhadap pulau tersebut, termasuk masalah sampah plastik yang semakin meresahkan.
Menurut laporan yang disitat dari Independent.co.uk, Fodor's menempatkan Bali pada posisi teratas dalam daftar ini karena masalah overtourism yang telah mengubah pemandangan pulau menjadi penuh dengan sampah plastik. Dengan jumlah 5,3 juta pengunjung internasional pada tahun 2023, pantai-pantai Bali yang dulunya paradisiak kini telah tercemar oleh hampir 303.000 ton sampah plastik. Masalah ini menjadi perhatian serius karena industri pariwisata dan ekosistem alam Bali saling terkait dan dampaknya dapat mengancam keberlanjutan lingkungan serta kehidupan penduduk lokal.
Kristin Winkaffe, seorang ahli perjalanan berkelanjutan, juga menyoroti dampak negatif dari pariwisata berlebihan tersebut. Dia menyatakan bahwa pariwisata yang tak terkendali dapat mengancam identitas budaya suatu tempat, termasuk Bali. Hal tersebut juga diperkuat oleh Marta Soligo, seorang asisten profesor di William F. Harrah College of Hospitality, University of Nevada, Las Vegas, yang menekankan bahwa pariwisata sering kali lebih memperhatikan pertumbuhan ekonomi jangka pendek daripada keberlanjutan jangka panjang.
Tak hanya Bali, daftar "No List" 2025 dari Fodor's juga mencakup destinasi wisata lainnya di seluruh dunia, termasuk Gunung Everest, Barcelona, Mallorca, Kepulauan Canary, Venesia, Lisbon, dan Koh Samui. Destinasi lainnya seperti Kepulauan Virgin Britania Raya, Kerala di India, Kyoto dan Tokyo di Jepang, Oaxaca di Meksiko, Agrigento di Sisilia, serta North Coast 500 di Skotlandia juga masuk dalam daftar tersebut.
Faktor lain yang mempengaruhi penilaian destinasi dalam daftar ini termasuk volume sampah, risiko bagi pekerja lokal, protes pariwisata musim panas, biaya masuk wisatawan, kurangnya perumahan, serta masalah lalu lintas dan fasilitas publik yang tidak memadai. Semua ini menjadi perhatian global karena menunjukkan tanda-tanda kesulitan menghadapi lonjakan pariwisata dan menimbulkan beragam masalah bagi lingkungan serta kehidupan masyarakat lokal.
Fodor's, sebagai penerbit daftar ini, juga menegaskan bahwa mereka tidak menganjurkan untuk melakukan boikot terhadap destinasi yang terdaftar karena hal tersebut dapat merugikan ekonomi lokal tanpa membawa perubahan yang signifikan. Namun, mereka berharap daftar "No List" ini dapat menjadi peringatan global tentang tekanan pariwisata yang tidak berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakat lokal.
Dari daftar tersebut, dapat kita lihat bahwa masalah overtourism sudah menjadi perhatian serius di berbagai destinasi wisata populer. Diperlukan tindakan yang lebih tegas dari pemerintah, pelaku pariwisata, dan masyarakat lokal untuk menemukan solusi yang berkelanjutan dalam menghadapi masalah ini, termasuk pengelolaan sampah, pembatasan jumlah pengunjung, serta pendekatan pariwisata yang lebih berkelanjutan secara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Keseimbangan antara memanfaatkan potensi pariwisata dengan menjaga kelestarian alam dan budaya adalah kunci utama dalam menjaga destinasi wisata agar tetap layak dikunjungi dalam jangka panjang.