Terisolasi Akibat BBM Habis, Kapal Pulo Tello Hentikan Layanan ke Pulau Enggano
Tanggal: 5 Mei 2025 10:54 wib.
Tampang.com | Pulau Enggano kembali terisolasi dari Kota Bengkulu setelah kapal ferry Pulo Tello menghentikan layanannya sejak 27 April 2025. Kondisi ini terjadi akibat stok bahan bakar kapal habis dan terhambatnya suplai akibat pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai.
Radmiadi, Kepala Supervisi PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Bengkulu, membenarkan bahwa terakhir kali kapal melayani rute ke Enggano adalah pada 26 April. "Kapal kami sudah seminggu tidak bisa beroperasi karena stok BBM menipis. Kondisi ini sangat kami sesalkan," ujarnya, Minggu (4/5/2025).
Pendangkalan Alur Jadi Kendala Utama
Masalah utama bukan hanya terbatas pada pasokan BBM, tapi juga kondisi alur pelabuhan yang semakin dangkal. Kapal suplai bahan bakar milik Pertamina tak dapat merapat ke dermaga dan harus melepaskan jangkar di tengah laut. Hal ini juga berdampak langsung pada Pulo Tello yang terpaksa berlabuh jauh dari pelabuhan.
Radmiadi mengaku situasi ini sangat berisiko, apalagi jika cuaca memburuk. "Kapal kami berada di luar alur, dan itu sangat berbahaya. Jika badai datang, bisa saja kapal terdampar," ungkapnya.
Suplai BBM Lewat Jeriken Kecil
Karena kapal pengangkut tidak dapat mendekat, pengisian bahan bakar harus dilakukan secara manual melalui jeriken kecil yang diangkut kapal nelayan dari darat ke tengah laut. Menurut ASDP, membawa drum BBM dengan kapal kecil terlalu berisiko.
Sementara itu, Kapal Marore-322 milik Bakamla RI yang sempat membantu melayani penumpang, kini telah kembali ke Lampung, membuat warga Enggano semakin kesulitan transportasi.
4.000 Warga Andalkan Kapal Nelayan
Dengan berhentinya layanan resmi kapal ferry, sekitar 4.000 warga Pulau Enggano kini hanya bergantung pada kapal-kapal nelayan untuk keperluan mobilitas dan distribusi hasil bumi. Ini tentu sangat membatasi kapasitas angkut dan menambah beban biaya transportasi.
Petani Buang Pisang ke Laut
Situasi makin memprihatinkan ketika para petani pisang di Pulau Enggano terpaksa membuang hasil panen ke laut karena tak bisa dikirim ke pasar di Bengkulu. Kepala Desa Kaana, Alamudin, menyampaikan bahwa para petani frustrasi karena hasil bumi mereka menumpuk tanpa bisa dijual.
"Karena kapal tak bisa datang dan hasil bumi menumpuk, banyak petani yang membuang pisang ke laut. Ini terjadi di Pelabuhan Kahyapu," katanya.
Warga Harap Pemerintah Segera Bertindak
Warga Enggano mendesak pemerintah pusat dan daerah untuk segera menormalisasi alur Pelabuhan Pulau Baai dan memastikan suplai logistik serta BBM berjalan lancar. Isolasi yang berkepanjangan tidak hanya mengganggu ekonomi lokal, tapi juga membahayakan keselamatan transportasi laut di wilayah tersebut.