Sumber foto: Google

Teknologi Peringatan Bencana Sudah Canggih, Tapi Warga Masih Gagap Antisipasi

Tanggal: 8 Mei 2025 10:21 wib.
Tampang.com | Indonesia sebagai negara rawan bencana sudah dibekali berbagai sistem peringatan dini (early warning system) berbasis teknologi. Dari sirine tsunami, notifikasi gempa lewat ponsel, hingga dashboard pemantauan banjir berbasis AI. Tapi sayangnya, teknologi saja tidak cukup.

Peringatan Sampai, Tapi Respons Minim
BMKG mencatat, sistem peringatan gempa dan tsunami kini dapat mengirim notifikasi hanya dalam waktu kurang dari 5 menit. Aplikasi seperti InaRISK dan Info BMKG juga bisa diakses publik kapan saja.

Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak warga belum tahu harus melakukan apa saat menerima peringatan. Bahkan ada yang mengira pesan dari BMKG adalah hoaks, atau sekadar notifikasi biasa.

“Waktu ada notifikasi gempa, saya bingung. Harus lari ke mana? Enggak pernah diajarin,” ujar Nurhayati (40), warga pesisir Pacitan.

Kurangnya Simulasi dan Edukasi Rutin
Pakar kebencanaan dari UGM, Dr. Yayan Rachman, menyebut bahwa kesiapsiagaan masyarakat lebih dipengaruhi oleh edukasi dan latihan, bukan hanya teknologi. Ia menyoroti kurangnya simulasi evakuasi dan minimnya sosialisasi terutama di daerah rawan.

Teknologi Butuh Disertai Budaya Siaga
Sistem seperti sirine tsunami atau dashboard banjir akan percuma jika warga tidak tahu prosedur evakuasi, tidak hafal rute aman, atau tidak percaya pada informasi resmi. Dibutuhkan integrasi teknologi, edukasi publik, dan budaya siaga sejak dini.

Beberapa daerah seperti Padang dan Gunungkidul sudah mulai rutin menggelar simulasi. Namun banyak daerah lain masih minim anggaran dan inisiatif.

Kesimpulan
Teknologi boleh saja maju, tapi mitigasi bencana tak akan berhasil tanpa kesiapsiagaan manusia. Edukasi publik, pelatihan rutin, dan kepercayaan terhadap sistem menjadi kunci menyelamatkan nyawa saat bencana datang tiba-tiba.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved