Tanpa Holding, BUMN Karya Adu Banting-Bantingan Harga Tender
Tanggal: 18 Jul 2024 21:07 wib.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) baru-baru ini mengumumkan rencana penggabungan sektor karya perusahaan pelat merah. Staf Khusus Kementerian BUMN, Arya Sinulingga, menyatakan bahwa proses penggabungan tersebut masih dalam tahap pelaksanaan dan ditargetkan untuk selesai tahun ini. Namun, kepastian penyelesaian proyek ini tergantung pada pergantian pemerintahan. Arya mengungkapkan bahwa proses ini tidak akan mudah.
"Audit harus dilakukan ketika kita melakukan penggabungan. Semua aset harus diaudit. Barulah nanti, ketika menjadi anak perusahaan holding, Hutama Karya," ujar Arya ketika ditemui di Kementerian BUMN pada Kamis (18/7/2024).
Arya juga menjelaskan bahwa pembentukan holding BUMN Karya ini akan memberikan keberlangsungan industri konstruksi pelat merah. Selama ini, proses tender proyek di Kementerian PUPR dipenuhi dengan persaingan yang mengakibatkan banting-bantingan harga.
"Antar BUMN saling bersaing, saling membanting harga yang pada akhirnya membuat mereka sulit untuk mendapatkan margin yang baik. Terkadang juga dipaksakan," jelas Arya.
Ia merinci bahwa masing-masing BUMN karya akan memiliki spesifikasi dan spesialisasi yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk mencegah adu tender proyek yang merugikan.
"Spesialisasi ini bertujuan agar tidak ada lagi adu tender tanpa batas. Banting-bantingan harga membuat mereka mengalami kerugian. Itulah yang membuat industri konstruksi ini tidak sehat," kata Arya.
Arya juga memastikan bahwa proses pembentukan holding BUMN Karya ini tidak akan berdampak pada jumlah karyawan masing-masing BUMN.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menyebut bahwa pihaknya telah melakukan konsolidasi terkait rencana penggabungan 7 BUMN karya menjadi hanya 3 perusahaan.
"Saat ini, kami telah mengkonsolidasikan proses penggabungan 7 karya menjadi 3 perusahaan karya," ungkapnya di Gedung DPR RI Jakarta pada Selasa (19/3/2024) yang lalu.
Erick menjelaskan bahwa langkah ini diambil untuk menyehatkan BUMN di sektor karya. Mereka juga sudah melakukan klasifikasi dan pengelompokan agar dapat berfokus pada tugas masing-masing.
"Penggabungan ini antara lain melibatkan Adhi Karya, Nindya Karya, Brantas, Adhi, dan Nindya Karya. Lalu, Hutama Karya dengan Waskita, dan juga PP dengan WIKA. Langkah ini sebagai bagian dari konsolidasi untuk menyehatkan," jelasnya.
Erick juga merincikan bahwa ke depan, PT Hutama Karya (Persero) dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) akan berfokus pada proyek jalan tol, non-tol, gedung institusi, serta komersial perumahan.
Sementara itu, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) dan PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) akan fokus pada proyek pelabuhan, bandara, dan tetap terlibat dalam proyek perumahan karena masih memiliki aset-aset sebelumnya.
Sementara penggabungan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI), PT Nindya Karya (Persero) akan berfokus pada proyek infrastruktur air, rel, dan beberapa konteks lainnya.
Penggabungan BUMN karya ini diharapkan akan membawa dampak positif bagi industri konstruksi pelat merah. Diharapkan dengan adanya holding BUMN Karya ini, persaingan yang tidak sehat antar BUMN dapat terhenti, sehingga harga tender proyek bisa lebih stabil. Keberadaan spesifikasi dan spesialisasi bagi masing-masing BUMN karya diharapkan dapat mengurangi persaingan yang tidak sehat dalam proses tender proyek, sehingga masing-masing BUMN dapat memiliki margin yang lebih baik.
Dengan fokus yang lebih jelas, diharapkan kualitas dari proyek-proyek konstruksi yang dilakukan oleh BUMN karya juga dapat meningkat.