Tanah Longsor Tutup Jalur Utama Tulungagung–Ponorogo, Sekolah di Pagerwojo Ikut Rusak

Tanggal: 20 Agu 2025 13:19 wib.
Hujan deras yang mengguyur sejak siang hari mengakibatkan bencana tanah longsor di Desa Kradinan, Kecamatan Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, pada Selasa (19/8) sekitar pukul 16.30 WIB. Longsor ini menutup total akses jalan utama yang menghubungkan Tulungagung dengan Ponorogo. Material lumpur dengan panjang hampir 50 meter dan ketebalan mencapai 50–70 sentimeter menimbun badan jalan, membuat arus lalu lintas lumpuh total. Selain itu, sebagian bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Kradinan juga terdampak, dengan beberapa bagian tembok dan fasilitas sekolah mengalami kerusakan cukup parah.

Camat Pagerwojo, Setiono, menjelaskan bahwa peristiwa ini dipicu curah hujan tinggi yang turun sejak pukul 11.30 WIB. Intensitas hujan yang berlangsung selama beberapa jam menyebabkan tanah di kawasan perbukitan tidak mampu menahan beban air sehingga terjadi pergerakan tanah. “Syukurlah tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, tetapi akses jalan benar-benar lumpuh. Pembersihan hanya bisa dilakukan dengan bantuan alat berat karena volume lumpur sangat tebal,” katanya.

Hingga kini, tim gabungan bersama perangkat desa dan aparat setempat masih melakukan pendataan untuk menghitung total kerugian material. Sementara itu, jalur kendaraan dari Tulungagung menuju Ponorogo terpaksa dialihkan ke rute alternatif. Hal ini tentu saja berdampak pada kelancaran transportasi masyarakat, terutama bagi warga yang rutin menggunakan jalur utama tersebut untuk aktivitas kerja maupun distribusi barang.

Kawasan Pagerwojo sendiri memang dikenal sebagai salah satu daerah rawan longsor di Tulungagung. Kontur wilayahnya yang berbukit dengan struktur tanah labil membuatnya rentan terhadap bencana, apalagi di musim hujan. Bahkan, Kecamatan Pagerwojo dan Sendang sudah lama masuk dalam peta rawan longsor. Tahun ini, risiko semakin besar karena fenomena kemarau basah yang masih berlangsung pada 2025. Kondisi ini menyebabkan tanah terus dalam keadaan lembap meskipun sedang memasuki musim kemarau, sehingga pergerakan tanah lebih mudah terjadi ketika hujan turun dengan intensitas tinggi.

Bencana ini juga menambah catatan panjang rentetan longsor di wilayah selatan Jawa Timur dalam beberapa tahun terakhir. Selain mengganggu aktivitas masyarakat, peristiwa seperti ini menimbulkan kekhawatiran terhadap keamanan fasilitas pendidikan dan infrastruktur publik. Pemerintah daerah diharapkan segera memperkuat sistem mitigasi bencana, baik melalui pembangunan sabuk hijau, perbaikan drainase, maupun edukasi masyarakat tentang langkah antisipasi ketika hujan deras melanda.

Hingga sore ini, alat berat sudah dikerahkan ke lokasi untuk melakukan pembersihan material longsor. Proses diperkirakan membutuhkan waktu cukup lama karena volume lumpur yang menutupi jalan cukup besar. Warga setempat berharap jalur utama bisa segera kembali normal, mengingat jalan ini menjadi urat nadi transportasi antar-kabupaten.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved