Sungai Citarum Disebut "The New Ocean Rubbish", Dipenuhi Lebih dari 100 Ton Sampah
Tanggal: 14 Jun 2024 13:47 wib.
Lautan sampah membentang sepanjang kilometer di aliran Sungai Citarum, di kawasan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat. Aliran sungai yang berada tepat di Jembatan Callender Hamilton ini biasa disebut Jembatan Babakan Sapan (BBS), Rabu (12/6/2024) pagi. Diperkirakan sampah yang menumpuk di kawasan tersebut baru bisa dibersihkan dalam jangka waktu satu pekan dengan perkiraan 100-200 ton sampah.
Sungai Citarum telah lama dikenal sebagai penyuplai air bagi warga sekitar, namun sayangnya, sekarang sungai ini telah dipenuhi oleh sampah secara memprihatinkan. Sampah-sampah plastik, limbah industri, dan material bangunan ilegal menjadi pemandangan yang menghiasi aliran sungai ini. Bukan hanya itu, sungai ini juga telah menjadi tempat pembuangan limbah dari perkotaan sekitarnya.
Fenomena ini telah mengejutkan banyak pihak, karena Sungai Citarum sebelumnya juga pernah menjadi bahan perbincangan sebagai salah satu proyek pembersihan sungai terbesar di dunia. Namun, seiring berjalannya waktu, upaya tersebut tidak berlangsung dengan sukses. Saat ini, sungai ini telah menjadi simbol dari kerusakan lingkungan yang sangat mengkhawatirkan.
Sungai ini juga menjadi sorotan Pandawara Group, kelompok anak muda yang peduli dengan lingkungan. Bahkan, di akun media sosial mereka, Pandawara menyebut sungai penuh sampah itu dengan sebutan “The new ocean rubbish" atau lautan sampah yang baru. "Ladies and gentleman please welcome “The new ocean rubbish," tulis Pandawara di akun Instagramnya @pandawaragroup.
Kondisi sungai yang semakin tercemar telah mengakibatkan dampak yang sangat serius. Ekosistem sungai mengalami penurunan signifikan, banyak spesies ikan dan makhluk hidup lainnya yang telah terancam punah karena kualitas air yang semakin buruk. Selain itu, warga sekitar yang bergantung pada Sungai Citarum sebagai sumber mata pencaharian dan air minum juga terancam dengan kondisi ini.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jawa Barat menghitung luasan sampah membentang sepanjang kurang lebih 3 kilometer dengan lebar badan sungai 60 meter. “Jika dihitung panjangnya ini, 3 kilometer dengan lebar 60 meter. Kita hitung pakai densitas air 0,47 kilogram per meter kubik. Kurang lebih kalau dihitung tonase (sampah) walaupun enggak persis, mungkin sekitar 100 sampai 200 ton,” ujar Kepala DLH Jabar, Prima Mayaningtyas, saat ditemui di Sungai Citarum, Rabu.
Tidak hanya itu, dampak dari pencemaran Sungai Citarum juga berdampak langsung pada kesehatan manusia. Air dari sungai tersebut telah terkontaminasi oleh bahan-bahan kimia berbahaya, yang dapat menyebabkan berbagai penyakit serius. Banyaknya warga sekitar yang menderita penyakit akibat air yang tercemar menjadi bukti nyata bahwa kondisi Sungai Citarum telah mencapai tingkat darurat.
Upaya pembersihan Sungai Citarum tentu merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak terkait. Dibutuhkan langkah konkret serta kerjasama yang solid untuk mengatasi masalah ini. Selain upaya pembersihan, dibutuhkan juga edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga lingkungan dan cara pengelolaan sampah yang baik.
Kondisi Sungai Citarum yang saat ini menjadi "the new ocean rubbish", dengan dipenuhinya lebih dari 100 ton sampah, memang memprihatinkan. Namun, harapan masih ada jika semua pihak dapat bersatu dalam usaha untuk membersihkan dan menjaga sungai ini. Semoga langkah-langkah untuk mendukung pemulihan Sungai Citarum dapat segera diimplementasikan, sehingga sungai ini dapat kembali menjadi sumber kehidupan yang lestari bagi semua makhluk hidup.