Studi Ungkap Kemampuan Komunikasi Simpanse Menyerupai Manusia
Tanggal: 5 Agu 2024 10:20 wib.
Sebuah penelitian terbaru telah mengungkapkan bahwa simpanse memiliki kemampuan komunikasi yang menyerupai manusia. Peneliti menganalisis ribuan isyarat yang dibuat oleh simpanse liar di Afrika Timur dan menemukan kesamaan dengan pola interaksi manusia, terutama dalam kecepatan merespons satu sama lain.
Studi ini membuktikan bahwa manusia dan simpanse memiliki ciri-ciri dasar komunikasi yang berasal dari nenek moyang, atau berkembang secara parallel pada kedua spesies tersebut karena memberikan manfaat dalam interaksi sosial.
Menurut Gal Badihi, seorang ahli perilaku hewan di University of St Andrews, “Percakapan manusia mengikuti aturan pergantian giliran bicara yang sangat ketat dan konsisten di seluruh budaya dan bahasa. Dengan temuan ini, kami mulai bertanya-tanya apakah komunikasi simpanse diatur oleh aturan yang mirip dengan manusia.”
Simpanse memiliki berbagai isyarat tangan yang melimpah, termasuk permintaan sederhana seperti "hentikan", "ikuti saya", atau "dandani saya". Untuk lebih memahami penggunaannya, para peneliti mempelajari lebih dari 8.500 isyarat yang direkam dari 252 simpanse liar di lima komunitas di Afrika Timur.
Kebanyakan interaksi antara simpanse berlangsung singkat. Namun, dalam beberapa kasus, simpanse bertukar hingga tujuh isyarat berturut-turut. Dalam interaksi ini, kera-kera tersebut biasanya membutuhkan waktu 120 milidetik untuk merespons satu sama lain, hampir mirip dengan waktu respons dalam percakapan manusia yang rata-rata 200 milidetik.
Badihi juga mengamati bahwa simpanse menggunakan gerakan tubuh dalam berbagai aspek kehidupan mereka, seperti untuk berdamai setelah berkelahi, menghindari konfrontasi, saling menyapa dengan pelukan atau ciuman, meminta untuk berbagi makanan, serta menunjukkan keinginan untuk bepergian bersama atau berpisah. Interaksi paling intens terjadi saat sesi perawatan.
Dalam sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Current Biology, para peneliti menjelaskan bahwa waktu antara interaksi hampir tidak bervariasi untuk simpanse dengan usia yang berbeda, tetapi terdapat variasi di antara komunitas yang berbeda, mirip dengan perbedaan budaya yang terlihat pada manusia.
Sebagai contoh, gerakan tubuh dipertukarkan lebih lambat pada komunitas simpanse Sonso di Uganda. Dr. Catherine Hobaiter, seorang penulis senior dalam penelitian ini, menyatakan bahwa, "Pada manusia, orang Denmark juga cenderung merespons lebih lambat."
Dikarenakan manusia dan simpanse merupakan kera besar, kemampuan komunikasi yang cepat mungkin merupakan hasil dari warisan evolusi bersama. Selain itu, pengambilan giliran dalam komunikasi sosial yang cepat juga dapat ditemui pada spesies lain seperti paus, lumba-lumba, kelelawar, dan hyena, menurut para peneliti. Hal ini mencerminkan adanya kesamaan dalam pola interaksi sosial antar spesies di alam.
Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang kemampuan komunikasi simpanse yang lebih mirip dengan manusia daripada yang sebelumnya diketahui. Hasil-hasil ini tidak hanya memperkaya pengetahuan kita tentang kemampuan simpanse, tetapi juga menggambarkan kompleksitas komunikasi antar spesies yang dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang evolusi dan interaksi sosial di alam.
Dengan pengetahuan ini, kita dapat memahami bahwa manusia bukanlah satu-satunya spesies yang memiliki sistem komunikasi yang kompleks, dan bahwa kita dapat belajar banyak tentang komunikasi dan interaksi sosial dari spesies lain di alam.