Strategi Efektif Museum NTB Amankan Artefak dari Potensi Banjir di Mataram
Tanggal: 7 Jul 2025 19:47 wib.
Museum Negeri Nusa Tenggara Barat (NTB) baru-baru ini menghadapi tantangan serius akibat bencana banjir yang melanda Kota Mataram. Namun, berkat respons cepat dari petugas museum, ruang pameran dan koleksi berharga tetap aman dari ancaman air yang menggenang. Kepala Museum NTB, Ahmad Nuralam, menjelaskan langkah-langkah yang diambil untuk melindungi artefak-artefak berharga yang ada di dalam museum.
Hujan lebat yang turun sejak siang hingga sore pada Minggu, 6 Juli memicu meluapnya air dari saluran selokan di sekitar museum. "Kami segera menyegerakan penutupan semua akses masuk air dengan peralatan yang kami miliki," ungkap Nuralam saat suasana tegang tersebut sedang berlangsung. Meskipun curah hujan tinggi, hasil kerja keras ini membantu mencegah air masuk ke dalam gedung museum.
Ketika air mulai naik sekitar pukul 17.00 WITA dari saluran drainase di samping SMA Negeri 2 Mataram, Nuralam segera mengarahkan semua tenaga keamanan dan Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk berkumpul dan melakukan langkah-langkah darurat. Dalam waktu singkat, mereka mulai merumuskan strategi evakuasi untuk melindungi artefak-artefak yang ada, yang merupakan warisan budaya tak ternilai bagi daerah tersebut.
Bahkan pada pukul 22.00 WITA, air mulai merembes ke dalam museum, dengan ketinggian mencapai lebih dari mata kaki. Tim pengelola museum mempersiapkan skenario evakuasi, menyusun alternatif-alternatif untuk menyelamatkan koleksi di ruang pameran bila situasi semakin mengkhawatirkan. “Segala pintu di ruang pameran kami buka untuk mempercepat proses pengungsian artefak,” tambah Nuralam.
Sebagai langkah lebih lanjut, area tata usaha yang terletak di lantai dua dijadikan lokasi penyimpanan sementara untuk koleksi berharga. “Kami ingin memastikan semua artefak terlindungi, terutama jika banjir meluas ke ruang pameran tetap,” kata Nuralam. Pada pukul 23.00 WITA, situasi mulai membaik, meskipun air di lingkungan sekitarnya masih menggenangi rumah-rumah warga dengan ketinggian hingga pinggang orang dewasa.
Ketika petaka semakin mereda, sekitar pukul 02.00 WITA hari berikutnya, para petugas museum mulai melakukan pembersihan sisa-sisa genangan air yang tersisa di dalam gedung. "Semua pintu ruang pameran kami tutup kembali setelah air surut sepenuhnya untuk menjamin keselamatan koleksi artefak kami," jelasnya. Upaya ini ditindaklanjuti dengan kegiatan kerja bakti pada pagi hari untuk membersihkan sampah dan lumpur yang tertinggal akibat bencana.
Museum NTB tidak hanya menanggapi situasi darurat tersebut, tetapi juga merancang langkah-langkah mitigasi jangka pendek yang lebih menyeluruh. “Kami berkolaborasi dengan pihak kelurahan dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk memastikan saluran drainase di sekitar SMA Negeri 2 Mataram, yang terbukti menjadi titik permasalahan, dapat dibersihkan dan diawasi dengan lebih ketat,” ujarnya.
Selain kerja sama dengan pemerintah daerah, Nuralam juga menekankan pentingnya pendidikan publik tentang pengelolaan lingkungan sekitar museum. Edukasi ini penting supaya masyarakat lebih sadar akan kebersihan saluran drainase agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Keberadaan museum sebagai simbol budaya serta sejarah daerah harus terlindungi dengan baik dari ancaman bencana alam yang bisa terjadi kapan saja.
Dengan berbagai langkah proaktif dan responsif, Museum NTB bertekad untuk menjaga koleksi artefaknya tetap aman dan melindungi warisan budaya dari ancaman yang mungkin timbul akibat perubahan iklim dan cuaca ekstrem.