Siswi Kelas 4 SD Tewas Usai Digigit Anjing Peliharaannya
Tanggal: 16 Okt 2024 09:09 wib.
Sebuah tragedi menimpa YMS, seorang siswi kelas 4 SD asal Desa Sipi, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia tewas setelah digigit oleh anjing peliharaan keluarganya. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Timur, dokter Surip Tintin, korban menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD Borong pada Senin, 14 Oktober 2024, setelah dirujuk dari Puskesmas Mamba. Kabar tersebut mengejutkan banyak pihak, terutama karena kondisi korban sebenarnya bisa dicegah dengan penanganan yang tepat.
Menurut keterangan dari dokter Surip Tintin, korban telah digigit oleh anjing pada tanggal 14 Agustus 2024, atau sekitar 2 bulan sebelum kejadian tragis itu terjadi. Sayangnya, setelah digigit, korban tidak pernah dibawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan vaksin anti rabies. Gejala yang timbul setelah digigit anjing seharusnya menjadi peringatan bagi orang tua atau keluarga korban untuk segera mencari pertolongan medis. Namun, sayangnya hal ini diabaikan, dan mengakibatkan kehilangan yang begitu menyedihkan.
Pada tanggal 12 Oktober 2024, orang tua korban akhirnya membawa YMS ke Puskesmas Mamba dalam kondisi sudah bergejala parah. Oleh karena itu, pihak puskesmas merujuk korban ke RSUD Borong, tempat di mana YMS akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada 14 Oktober 2024. Kejadian ini menjadi sebuah cerminan akan pentingnya pengetahuan masyarakat mengenai penanganan gigitan hewan yang berpotensi membawa virus rabies.
Virus rabies merupakan ancaman serius bagi kesehatan manusia. Gejala yang muncul akibat gigitan hewan yang terinfeksi rabies bisa dirasakan dalam waktu yang bervariasi, tergantung pada sejumlah faktor. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai penanganan gigitan hewan yang berpotensi membawa virus rabies sangat penting dalam upaya pencegahan penyebaran penyakit ini. Kondisi YMS seharusnya menjadi peringatan bagi kita semua akan pentingnya pengetahuan mengenai virus rabies dan penanganannya.
Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rabies menimbulkan kerugian yang besar terhadap kesehatan dan ekonomi di banyak wilayah di dunia, terutama di negara-negara berkembang. Meskipun adanya vaksin anti rabies, sebagian besar korban rabies masih terjadi di negara-negara berkembang, dan umumnya menyerang kelompok masyarakat yang kurang berdaya atau tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan yang memadai.
Oleh karena itu, penanganan gigitan hewan yang berpotensi membawa virus rabies harus dianggap serius oleh semua pihak, terutama oleh pemerintah daerah. Sosialisasi mengenai penanganan gigitan hewan dan pemberian vaksin anti rabies kepada masyarakat, terutama yang tinggal di daerah pedesaan atau terpencil, harus menjadi prioritas dalam upaya pencegahan penyebaran virus rabies. Hal ini juga sejalan dengan visi NTT sebagai salah satu provinsi di Indonesia dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat secara menyeluruh.