Siswa SMK Semarang Tewas Ditembak Polisi saat Tawuran, Ini Tanggapan IPW
Tanggal: 26 Nov 2024 22:36 wib.
Seorang siswa SMK 4 Semarang berusia 17 tahun dengan inisial GRO tewas terkena tembakan polisi saat bentrok antar kelompok gangster. Polisi menyebut korban terlibat dalam kelompok gangster bernama Tanggul Pojok yang terlibat dalam tawuran dengan Geng Seroja di wilayah Semarang Barat pada Minggu, 24 November 2024 dini hari. Lokasi kejadian yang tragis berlangsung di Jalan Candi Penataran Raya, Kelurahan Kalipancur, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang.
Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Sugeng Teguh Santoso memberikan tanggapan terhadap kejadian tersebut. Menurutnya, berdasarkan informasi yang diterima, korban yang meninggal dunia merupakan anggota dari salah satu kelompok gang yang terlibat dalam bentrokan di depan sebuah minimarket. "Tindakan yang dilakukan oleh polisi dapat dibenarkan. Berdasarkan standar operasional prosedur (SOP), dalam situasi terancam atau terdesak, petugas diperbolehkan melepaskan tembakan untuk melumpuhkan guna mencegah timbulnya korban yang lebih banyak," ujar Sugeng dalam keterangannya pada Selasa, 26 November 2024.
Sugeng melanjutkan bahwa tembakan tersebut kemungkinan diarahkan ke bagian tubuh yang relatif aman, seperti kaki. Namun, kondisi dinamis di lapangan dapat menyebabkan peluru mengenai bagian tubuh lain, seperti pinggang. "Tujuannya adalah untuk melumpuhkan, bukan untuk menghilangkan nyawa," jelasnya.
Menurut Sugeng, berdasarkan informasi awal, polisi yang berada di lokasi kejadian berniat melerai tawuran. Namun, petugas justru diserang oleh kelompok geng motor, sehingga memaksa mereka mengambil tindakan dengan menembak. IPW meminta masyarakat menunggu hasil penyelidikan yang tengah dilakukan oleh Polrestabes Semarang. "Kami juga mendengar bahwa ada anggota geng motor yang sudah ditetapkan sebagai tersangka," tambahnya.
Sebelumnya, Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Irwan Anwar, mengonfirmasi bahwa anggota kepolisiannya melepaskan tembakan terhadap seorang pelajar berinisial G, yang diduga merupakan anggota kelompok geng motor remaja atau yang biasa disebut "kreak" di Semarang.
Irwan menjelaskan bahwa pada Minggu dini hari, polisi menerima laporan adanya tawuran antar kelompok "kreak" di tiga lokasi berbeda: Kecamatan Gayamsari, Semarang Utara, dan Semarang Barat. Insiden penembakan terjadi saat G terlibat tawuran di Semarang Barat, tepatnya di depan Perumahan Paramount. "Dalam kejadian ini, kami telah memeriksa 12 anak-anak yang terlibat, dan empat di antaranya sudah ditetapkan sebagai tersangka," ujar Irwan.
Kejadian ini memberikan gambaran yang cukup mengkhawatirkan terkait keamanan di lingkungan sekitar. Masyarakat perlu menyadari pentingnya peran serta dalam mengawasi dan menghindari terlibatnya anak-anak dalam kelompok-kelompok yang berpotensi membahayakan diri mereka sendiri maupun orang lain. Selain itu, penegakan hukum juga perlu dilakukan secara transparan dan akuntabel agar kepercayaan masyarakat terhadap institusi kepolisian tetap terjaga.
Kejadian seperti ini menjadi momentum penting untuk meningkatkan kewaspadaan dan pendidikan mengenai masalah gangsterisme dan tawuran antarkelompok di kalangan remaja. Pendidikan mengenai konflik penyelesaian konflik tanpa kekerasan dan hukum serta keadilan perlu ditekankan dalam lingkungan sekolah dan keluarga. Kesadaran akan bahaya yang ditimbulkan oleh perilaku gangsterisme menjadi kunci utama untuk mencegah adanya korban jiwa di masa mendatang.
Dalam menanggapi permasalahan ini, penting bagi pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi pertumbuhan remaja. Upaya-upaya pencegahan dan deteksi dini terhadap perilaku gangsterisme perlu ditingkatkan, sehingga tindakan preventif dapat dilakukan sebelum terjadinya kerusuhan atau konflik yang melibatkan remaja.
Selain itu, peran orangtua dan keluarga dalam mengawasi pergaulan anak-anaknya perlu ditingkatkan. Komunikasi terbuka antara orangtua dan anak tentang pergaulan sehari-hari dan potensi bahaya yang mungkin dihadapi di lingkungan sekitar perlu menjadi fokus utama dalam mendidik anak-anak agar menjadi individu yang sadar akan resiko dan tanggung jawab atas tindakan mereka.