Sumber foto: Google

Sistem Kerja Hybrid Kian Diminati, Bukan Karena Malas Ngantor

Tanggal: 10 Mei 2025 06:34 wib.
Tampang.com | Tampang.com | Kemacetan Jakarta setiap pagi jadi pemandangan yang tak asing, termasuk bagi Rina, seorang karyawan swasta yang kini kembali bekerja penuh dari kantor. Setelah bertahun-tahun menikmati sistem kerja hybrid, Rina merasakan perbedaan signifikan. Ternyata, bukan hanya karyawan swasta, aparatur sipil negara (ASN) pun mendambakan sistem kerja yang lebih fleksibel.


Mayoritas ASN Ingin Sistem Hybrid

Sebuah survei dari Badan Kepegawaian Negara (BKN) tahun 2023 menunjukkan bahwa 95,7 persen ASN ingin sistem kerja hybrid atau flexible working arrangement. Temuan ini memperkuat bahwa tren kerja fleksibel bukan hanya tren perusahaan swasta, tapi juga menjadi kebutuhan di sektor pemerintahan.

Melihat hasil survei tersebut dan kesuksesan implementasi di dunia korporat, pemerintah mulai menerapkan sistem kerja hybrid di sejumlah kementerian sejak tahun 2024.


Produktivitas Tetap Tinggi, Bahkan Meningkat

Apakah kerja hybrid membuat karyawan jadi malas dan tidak produktif? Justru sebaliknya. Berdasarkan survei Boston Consulting Group tahun 2020 terhadap pekerja di Jerman, India, dan Amerika Serikat:



75 persen responden mengaku tetap produktif.


Sebagian bahkan mengalami peningkatan produktivitas.



Studi lain dari IWG bersama Stanford University (2023) menemukan bahwa sistem kerja hybrid dapat meningkatkan produktivitas sebesar 4 persen, karena waktu kerja jadi lebih efisien dan tidak terkuras untuk perjalanan panjang.


Tingkat Pengunduran Diri Menurun

Penelitian oleh Prof. Nicholas Bloom dari Stanford University terhadap 1.612 karyawan Trip.com di Shanghai juga mendukung manfaat sistem hybrid. Studi yang dimuat di jurnal Nature pada Juni 2024 itu menemukan:



Tingkat produktivitas hybrid setara dengan kerja penuh waktu dari kantor.


Tingkat pengunduran diri turun hingga 33 persen, berkat fleksibilitas kerja.




Hybrid Bukan Sekadar Gaya, Tapi Solusi Nyata

Salah satu alasan utama banyak pekerja menyukai sistem hybrid adalah karena menghindari stres dari perjalanan harian (commuting). Waktu dan energi yang biasanya habis untuk menembus kemacetan bisa dialihkan untuk pekerjaan atau aktivitas pribadi lainnya.

Sistem ini juga membantu terciptanya work-life balance, yang pada akhirnya mendorong loyalitas, kinerja yang lebih baik, dan kepuasan kerja jangka panjang.


Perusahaan Juga Diuntungkan

Dampak positif kerja hybrid tidak hanya dirasakan oleh karyawan, tapi juga oleh perusahaan. Dalam IWG Hybrid Talent Magnet Report 2023:



95 persen profesional HR menyebut kerja hybrid efektif untuk menarik talenta terbaik.


88 persen karyawan menyatakan fleksibilitas sebagai faktor utama saat memilih pekerjaan.




IWG: Fasilitas Ruang Kerja Hybrid di Indonesia

Meski sistem hybrid memberikan fleksibilitas, keberadaan ruang kerja yang nyaman tetap penting. Di sinilah peran IWG, penyedia ruang kerja fleksibel global, menjadi relevan.

Dengan lebih dari 4.000 lokasi di 120 negara, IWG menghadirkan tiga jenis ruang kerja:



Signature – ruang kerja premium, cocok untuk profesional dan eksekutif.


Regus – lokasi strategis dekat transportasi umum, ideal untuk efisiensi.


HQ – solusi hemat biaya untuk startup, freelancer, dan profesional muda.



Di Indonesia, IWG sudah hadir di 32 lokasi di 7 kota besar, termasuk Jakarta, Bandung, dan Surabaya.


Kesimpulan: Hybrid Adalah Masa Depan Dunia Kerja

Sistem kerja hybrid bukan soal enggan ke kantor, tapi soal efisiensi, kesehatan mental, dan hasil kerja yang lebih baik. Dengan dukungan fasilitas yang memadai dan regulasi yang mendukung, hybrid bisa jadi solusi masa depan dunia kerja — bukan hanya di sektor swasta, tapi juga pemerintahan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved