Semeru Meletus Lagi! 32 Gempa Guguran & 25 Letusan dalam 6 Jam, Warga Terancam!
Tanggal: 20 Nov 2025 11:47 wib.
Lumajang, Jawa Timur – Gunung Semeru kembali menunjukkan amukannya. Dalam waktu hanya enam jam, tercatat 32 kali gempa guguran dan 25 letusan! Kolom abu membumbung hingga 2.500 meter, sementara lava pijar mengalir deras di lereng selatan. Aktivitas ekstrem ini menjadi peringatan nyata bagi warga di sekitarnya: Semeru sedang “marah”, dan bahayanya bisa menghantam kapan saja.
Data dari Pos Pengamatan Gunung Api Semeru menunjukkan sebagian besar gempa guguran terjadi di sisi selatan dan tenggara kawah, jalur yang dikenal rawan aliran lava dan awan panas. Kepala Pos, Sutopo Nugroho, menyebut, “Ini salah satu periode aktivitas paling tinggi sejak letusan besar Desember 2021. Warga harus tetap waspada.”
Kolom abu yang tinggi mengakibatkan jarak pandang menurun drastis, menutup jalan desa, dan menutupi lahan pertanian. “Abu yang menebal ini bukan sekadar kotoran, tapi bisa merusak tanaman dan memicu gangguan pernapasan,” ujar Sutopo.
BPBD Lumajang mengimbau warga tidak mendekati radius 5 kilometer dari kawah, terutama sungai yang berhulu di kawah. Ancaman banjir lahar dingin semakin nyata jika hujan turun bersamaan dengan aktivitas gunung yang meningkat ini.
Ahli vulkanologi Universitas Brawijaya, Dr. Rina Kusuma, menekankan: “Gempa-gempa guguran adalah alarm. Semakin sering dan kuat, semakin besar kemungkinan erupsi eksplosif. Warga di lereng gunung harus waspada 24 jam.”
Sejumlah warga di kaki Semeru melaporkan getaran rumah yang terasa setiap kali gempa guguran terjadi. Abu yang tebal menutupi atap dan jalanan, memaksa anak-anak dan lansia tetap di rumah. Misbah, warga Desa Sumberwuluh, menceritakan, “Suara letusannya keras, seperti bom. Kami takut kalau lava tiba-tiba turun ke desa.”
Pihak BMKG dan satelit juga mencatat peningkatan suhu kawah utama, indikasi magma yang bergerak aktif. Jika curah hujan tinggi, risiko banjir lahar dingin meningkat drastis, membuat jalur evakuasi harus selalu siap.
BPBD menyiapkan 12 pos evakuasi darurat dan armada kendaraan tambahan untuk antisipasi terburuk. Komunikasi dengan masyarakat diperkuat lewat pengeras suara desa dan media sosial. Semua langkah ini untuk mencegah korban jiwa jika Semeru berubah dari amukan “sedang” menjadi letusan besar.
Sejarah Semeru menunjukkan, meski relatif bisa diprediksi, karakter letusannya bisa berubah cepat. Lonjakan aktivitas seperti ini bisa menjadi pemicu erupsi besar dalam hitungan jam. Warga dan pengamat harus tetap waspada.
Dalam enam jam terakhir, Semeru bukan hanya menunjukkan kekuatannya gunung tertinggi di Pulau Jawa ini mengingatkan: bahaya nyata selalu mengintai, dan tidak ada yang bisa menebak kapan ia akan meletus dahsyat lagi.