Sekolah di Kota Mewah, di Pelosok Reyot! Pendidikan Belum Merata, Janji Pemerintah Dipertanyakan
Tanggal: 13 Mei 2025 22:38 wib.
Tampang.com | Saat sekolah di kota besar sudah mulai menerapkan pembelajaran digital dan kurikulum modern, ribuan sekolah di daerah terpencil masih berkutat dengan bangunan reyot, kekurangan guru, bahkan tanpa listrik. Ketimpangan pendidikan ini menjadi ironi besar di tengah semangat pemerataan yang selalu dikampanyekan pemerintah.
Sekolah Reyot, Guru Minim, dan Buku Lusuh
Di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, satu guru harus mengajar empat kelas karena kekurangan tenaga pengajar. Murid belajar di ruang kelas yang atapnya bocor dan dindingnya bolong. Tidak ada laboratorium, tidak ada akses internet, bahkan air bersih pun sulit.
“Kadang kami harus berteduh di bawah pohon kalau hujan deras,” kata Maria, siswi kelas 5 SD di Lembata.
Ketimpangan Digital dan Akses Teknologi
Saat sekolah kota mendapat bantuan Chromebook dan akses WiFi, sekolah di pelosok bahkan belum punya listrik stabil. Hal ini membuat anak-anak desa semakin tertinggal secara digital, padahal tuntutan zaman semakin bergeser ke arah teknologi.
“Pendidikan digital bukan hanya soal alat, tapi juga soal akses yang adil. Kalau dibiarkan, kesenjangan ini akan makin dalam,” ujar Fadli Nurhadi, pengamat pendidikan dari INOVASI.
Kebijakan Masih Terpusat dan Seremonial
Program-program pemerintah pusat seperti zonasi, digitalisasi sekolah, dan Kurikulum Merdeka belum menyentuh secara optimal sekolah-sekolah di luar Jawa. Evaluasi menyeluruh terhadap efektivitas kebijakan jarang dilakukan, dan implementasi sering kali tidak sesuai realitas lapangan.
“Kita sering lupa, tantangan pendidikan di Indonesia bukan hanya kurikulum, tapi juga soal geografis dan distribusi sumber daya,” tambah Fadli.
Solusi: Anggaran Pendidikan Harus Tepat Sasaran dan Desentralisasi Kebijakan
Para ahli mendesak agar anggaran pendidikan difokuskan untuk memperkuat wilayah tertinggal, termasuk insentif bagi guru yang bersedia mengabdi di daerah, pembangunan infrastruktur dasar, dan pelatihan teknologi tepat guna.
“Jangan hanya bangun gedung di kota, tapi tinggalkan sekolah bambu di desa,” tegas Fadli.
Pendidikan Adil, Masa Depan Bangsa Terjamin
Mewujudkan pendidikan yang adil berarti membuka masa depan untuk semua anak bangsa, bukan hanya mereka yang lahir di kota. Tanpa pemerataan nyata, cita-cita Indonesia Emas 2045 hanya akan jadi slogan tanpa substansi.