Sekolah Ada, Guru Tak Ada! Krisis Pendidikan di Daerah 3T Kian Mengkhawatirkan
Tanggal: 17 Mei 2025 14:16 wib.
Tampang.com | Di banyak wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T), sekolah berdiri megah namun nyaris kosong. Bukan karena tidak ada murid, tetapi karena tidak ada guru yang mengajar. Krisis tenaga pendidik di wilayah terpencil menjadi luka lama yang belum sembuh dalam sistem pendidikan Indonesia.
Guru Tidak Mau Dikirim, Sistem Tak Memberi Insentif Layak
Pengiriman guru ke wilayah 3T sering kali hanya formalitas. Banyak yang tidak bertahan lama karena kondisi geografis ekstrem, fasilitas minim, dan insentif yang tidak memadai. Bahkan, ada guru yang menempuh perjalanan lebih dari 3 jam dengan perahu untuk mengajar.
“Bayangkan, gaji tak seberapa, akses sulit, dan kadang harus mengajar semua mata pelajaran karena hanya ada satu guru,” ungkap Salma, guru honorer di Kepulauan Tanimbar.
Sekolah Tanpa Guru, Murid Kehilangan Masa Depan
Dampak paling serius tentu dirasakan para siswa. Di Papua, NTT, dan Kalimantan bagian dalam, banyak sekolah dasar hanya memiliki satu guru tetap. Murid belajar seadanya, dan ujian seringkali diabaikan karena tidak ada pengawasan.
“Kami hanya belajar kalau ibu guru datang. Kadang seminggu sekali,” kata Aris, siswa kelas 5 SD di Kabupaten Yahukimo.
Distribusi Guru Tidak Merata, Kebijakan Setengah Hati
Pemerintah memang punya program rekrutmen PPPK dan afirmasi guru 3T, tapi implementasinya masih minim hasil. Banyak lulusan pendidikan lebih memilih tinggal di kota besar dengan akses dan fasilitas yang lebih manusiawi.
“Masalah ini bukan soal kualifikasi, tapi distribusi. Negara belum sungguh-sungguh mengatasi ketimpangan,” ujar Mulyadi, pemerhati pendidikan dari Forum Indonesia Mengajar.
Solusi: Insentif Nyata dan Dukungan Logistik Total
Pengamat menilai, perlu ada insentif finansial dan karier yang signifikan bagi guru di wilayah 3T. Selain itu, dukungan seperti rumah dinas, akses internet, dan transportasi yang layak adalah mutlak.
Pendidikan Bukan Hanya Membangun Sekolah, Tapi Menghidupkannya
Selama sistem hanya fokus membangun gedung dan lupa mengisi dengan SDM berkualitas, maka pemerataan pendidikan hanya slogan. Guru adalah jantung sekolah, dan tanpa mereka, pendidikan di daerah tertinggal akan mati perlahan.