Sejarah Hari Pahlawan Mengukir Jejak Heroik Menumpas Penjajah di Pertempuran Surabaya
Tanggal: 19 Nov 2024 09:35 wib.
Pertempuran Surabaya merupakan salah satu peristiwa bersejarah dalam sejarah Indonesia yang telah memberikan inspirasi dan kebanggaan bagi bangsa. Peristiwa ini diangkat dalam peringatan Hari Pahlawan Nasional setiap tanggal 10 November. Pertempuran ini menjadi saksi dari perjuangan rakyat Surabaya dalam mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diperoleh dari tangan penjajah.
Pertempuran Surabaya terjadi pada rentang waktu dari 27 Oktober hingga 20 November 1945, dengan puncaknya terjadi pada tanggal 10 November 1945. Peristiwa ini menjadi salah satu konfrontasi terbesar dan paling heroik dalam sejarah revolusi nasional Indonesia. Setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, pemerintah Indonesia mengeluarkan dekrit pada 31 Agustus 1945 yang mewajibkan pengibaran bendera Merah Putih di seluruh wilayah Indonesia. Namun, di Surabaya, dekrit tersebut memicu ketegangan yang berujung pada pertempuran besar.
Ketegangan semakin memuncak saat pada 19 September 1945, Belanda mengibarkan bendera mereka di atap Hotel Yamato, Surabaya. Aksi ini memicu kemarahan besar dari rakyat Surabaya. Kericuhan terjadi di depan hotel tersebut, di mana dua pemuda, Hariyono dan Koesno Wibowo, berhasil memanjat tiang dan merobek bagian biru bendera Belanda, menyisakan merah dan putih sebagai simbol perjuangan Indonesia.
Situasi semakin memanas pada 30 Oktober 1945 ketika Brigadir Jenderal Mallaby, komandan militer Inggris, tewas di dalam mobilnya saat melintasi Jembatan Merah. Peristiwa ini membuat Inggris semakin marah. Mayor Jenderal Robert Mansergh kemudian mengeluarkan ultimatum yang memerintahkan seluruh pemimpin Surabaya untuk menyerahkan diri dan memaksa rakyat Indonesia menyerahkan senjata mereka. Namun, ultimatum tersebut ditolak mentah-mentah oleh rakyat Surabaya yang siap mempertahankan kemerdekaan hingga titik darah penghabisan.
Pertempuran ini dipimpin oleh pahlawan legendaris, Sutomo, yang lebih dikenal dengan sebutan Bung Tomo, pemimpin Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI). Melalui pidatonya yang penuh semangat, Bung Tomo terus meneriakkan seruan "Merdeka atau Mati!" yang memotivasi para pejuang untuk terus berjuang.
Pertempuran tersebut berlangsung selama tiga minggu dan meninggalkan banyak korban. Diperkirakan sekitar 20.000 rakyat Indonesia gugur dalam pertempuran ini, sementara pihak sekutu kehilangan sekitar 1.500 tentaranya. Angka ini mencerminkan keteguhan rakyat Surabaya dalam melawan penjajah, bahkan dengan jumlah korban yang besar.
Sebagai penghargaan atas perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan oleh para pahlawan, maka pada tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional, yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959 pada 16 Desember 1959. Melalui peringatan ini, para pahlawan yang gugur dan berjuang untuk kemerdekaan Indonesia diabadikan sebagai inspirasi bagi generasi masa kini dan mendatang. Mereka memberi teladan akan semangat pantang menyerah dan keberanian yang harus dijunjung tinggi oleh setiap warga negara Indonesia.
Peristiwa Pertempuran Surabaya telah menjadi bagian integral dari sejarah Indonesia yang membentuk jiwa dan semangat kepahlawanan bangsa. Melalui peringatan Hari Pahlawan Nasional setiap tahunnya, kita diingatkan akan perjuangan heroik para pahlawan dalam merebut kemerdekaan dan mempertahankannya dari tangan penjajah. Semangat pantang menyerah, keberanian, dan kesetiaan para pahlawan menjadi landasan dan inspirasi bagi generasi muda untuk turut serta membangun bangsa ke depan.