Segera Buka 3 Tambang Baru, RI Bisa Jadi Raja Tembaga Dunia?
Tanggal: 10 Okt 2024 05:34 wib.
Ketua Asosiasi Pertambangan Indonesia atau Indonesia Mining Association (IMA) Rachmat Makkasau mengungkapkan bahwa Indonesia akan segera membuka 2—3 tambang tembaga baru dalam waktu dekat.
Proyek pembukaan tambang ini direncanakan akan beroperasi dalam jangka waktu 5 tahun ke depan. Menurutnya, dengan adanya tambang tembaga baru tersebut, Indonesia berpotensi untuk meningkatkan pangsa atau share di pasar tembaga dunia menjadi 10%, dari posisi saat ini yang berada pada level 3%—5%.
Dalam acara BNI Investor Daily Summit yang dikutip pada Rabu (9/10/2024), Rachmat menjelaskan, "Saat ini Indonesia memiliki pangsa sekitar 3% sampai 5% di pasar tembaga dunia, tetapi kita masih memiliki beberapa tambang besar yang kemungkinan akan beroperasi dalam 5 tahun ke depan dengan potensi produksi dari tambahan 2—3 tambang yang nantinya akan beroperasi."
Rachmat juga menyoroti bahwa potensi penambahan 2—3 tambang tembaga baru terjadi karena saat ini 3 wilayah dengan cadangan tembaga besar telah mencapai tahap eksplorasi akhir. Wilayah-wilayah tersebut terletak di Tujuh Bukit, Banyuwangi, Sumbawa yang dimiliki oleh Sumbawa Timur Mining, dan Gorontalo Minerals di Sulawesi.
"Mereka belum beroperasi, tetapi mereka sedang dalam tahap final untuk memasuki tahapan eksplorasi," tambahnya.
Diharapkan, kondisi ini akan meningkatkan produksi tembaga di Indonesia sehingga negara ini mampu memainkan peran yang lebih kuat di tengah kondisi produksi tembaga global yang mengalami penurunan. Namun, Rachmat tidak memberikan detail tentang potensi cadangan tembaga di ketiga areal tambang tersebut.
Untuk memberikan gambaran, data United States Geological Survey (USGS) mencatat bahwa total cadangan tembaga dunia pada tahun 2022 mencapai 890 juta ton. Di samping itu, produksi tambang di seluruh dunia mencapai 22 juta ton, mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang mencapai 21,2 juta ton.
Diperkirakan, tingginya permintaan tembaga untuk kendaraan listrik dan proyek pembangkit energi baru terbarukan (EBT) akan berbanding terbalik dengan laju pembukaan tambang baru dalam beberapa tahun ke depan. Para analis global pun meramalkan perubahan arah suplai tembaga, dari surplus menjadi defisit minor hingga berat sejak tahun 2024.
BMO Capital Markets memproyeksikan adanya defisit minor terhadap pasok tembaga di tahun depan. Sedangkan Goldman Sachs Group Inc memperkirakan suplai tembaga dunia akan mengalami kekurangan sebesar 500.000 ton pada tahun depan. Jefferies juga memprediksi adanya defisit besar pada tahun depan.
"Pandangan kami menyatakan bahwa pasar tembaga saat ini mengalami periode pengetatan yang lebih jelas," ujar analis Goldman Sachs Group Inc melalui pernyataan yang dikutip oleh Bloomberg.
Indonesia sendiri telah memiliki salah satu tambang tembaga terbesar di dunia, yaitu Grasberg, yang dikelola oleh PT Freeport Indonesia (PTFI).
Tambang Gua Blok Grasberg adalah tambang bawah tanah yang terletak di Papua, Indonesia. Tambang ini dimiliki oleh PT Mineral Indusrti Indonesia (MIND ID), badan usaha milik negara (BUMN) sektor pertambangan, dan diperkirakan menghasilkan 1,7 miliar pon tembaga pada tahun 2023. Tambang ini juga dimiliki oleh anak usaha Freeport Mc-MoRan yang memegang 49,8% saham.