Rusia dan China Mendorong Tatanan Dunia Multipolar
Tanggal: 27 Jul 2024 16:29 wib.
Rusia dan China kini bekerja sama untuk menciptakan tatanan dunia yang multipolar dan lebih adil. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, menyatakan hal ini dalam pertemuan dengan Menlu China, Wang Yi, di Vientiane, Laos pada Kamis, 25 Juli 2024.
Lavrov menyampaikan bahwa Moskow dan Beijing tengah memajukan prinsip-prinsip "multilateralisme sejati" dan membawa "energi positif" ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan G20. Kedua negara ini juga aktif bekerja dalam blok ekonomi BRICS serta Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO).
"Forum internasional lainnya juga penting. Di antaranya, tentu saja, adalah ASEAN dan seluruh arsitektur yang berpusat pada ASEAN. Kami memiliki posisi yang sama, kita harus melakukan segala upaya untuk mencegah kehancurannya," kata Lavrov.
Lavrov, yang saat ini berada di Vientiane untuk pertemuan rutin menteri luar negeri ASEAN, menjelaskan bahwa Rusia berencana untuk mengadakan dialog substantif dengan blok 10 anggota ASEAN dalam berbagai bidang, termasuk politik, keamanan, perdagangan, ekonomi, sosial, dan budaya. Rusia juga akan menggunakan dukungan ASEAN untuk mempromosikan inisiatif praktis tentang keamanan informasi internasional, yang menjadi salah satu prioritas Rusia di platform ini.
Menlu Indonesia, Retno Marsudi, menyoroti pentingnya ASEAN agar tidak dijadikan proksi atau alat oleh kekuatan manapun. Retno mengungkapkan hal ini selama sesi retreat Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN ke-57 (AMM) di Vientiane, Laos pada hari Kamis.
"Begitu ASEAN menjadi proksi, akan sulit bagi ASEAN untuk memainkan peran sentral dan tetap menjadi 'jangkar' bagi terciptanya perdamaian dan stabilitas di kawasan," ujarnya dalam pernyataan tertulis yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri.
Indonesia, sebagai pihak yang berupaya untuk mempertahankan sentralitas ASEAN, memastikan bahwa pelaksanaan Pandangan ASEAN mengenai Indo-Pasifik (AOIP) tetap menjadi arus utama, baik dalam kegiatan ASEAN maupun dengan mitra dialog. Di samping itu, Marsudi juga mengusulkan inisiatif Indonesia untuk membantu ASEAN mempersiapkan dan menyepakati Deklarasi AOIP sebagai acuan utama bagi arsitektur regional.
Indonesia juga berharap agar Forum Indo-Pasifik ASEAN (AIPF) dapat diadakan di bawah kepemimpinan Malaysia tahun depan. AIPF merupakan forum yang diharapkan dapat memperkuat kerjasama dan kemitraan untuk mewujudkan perdamaian, stabilitas, keamanan, dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik.
Marsudi juga menyoroti masalah Laut China Selatan dalam pertemuan tersebut. Ia mengungkapkan kekhawatiran atas eskalasi di kawasan tersebut dan menekankan pentingnya menyelesaikan kode etik atau Code of Conduct (CoC) yang masih dalam tahap negosiasi antara ASEAN dan China.
Selain itu, Indonesia juga mendesak ASEAN untuk bersatu menyerukan penghentian genosida di Palestina dan pelaksanaan segera gencatan senjata permanen. Marsudi menekankan pentingnya ASEAN untuk terus mendorong pelaksanaan Resolusi 2735 dan mendukung fatwa hukum dari Mahkamah Internasional.
Dalam konteks geopolitik global saat ini, kerjasama antara Rusia dan China memiliki dampak yang signifikan. Kedua negara ini sebagai kekuatan besar di tingkat global, memiliki peran yang krusial dalam membentuk dinamika hubungan internasional. Kerja sama mereka yang semakin erat dalam berbagai forum internasional, termasuk kerjasama dengan ASEAN, dapat mempengaruhi arah tatanan dunia multipolar di masa depan. Sementara itu, peran sentral ASEAN juga menjadi krusial dalam memastikan stabilitas dan perdamaian di kawasan Asia Tenggara.