Rupiah Melemah Terdalam, Cemas Dampak Konflik Iran vs Israel
Tanggal: 3 Okt 2024 19:12 wib.
Rupiah terus mengalami tekanan akibat berbagai sentimen negatif terutama dari situasi pasar global dan kondisi geopolitik di Timur Tengah. Saat pembukaan pasar Eropa siang tadi, mata uang Indonesia itu semakin ambles dan menyentuh level terendah hari ini di Rp15.280/US$. Bank Indonesia diyakini melakukan intervensi sebelum pasar tutup sore, di mana rupiah akhirnya bangkit memperkecil pelemahan di Rp15.265/US$, mencerminkan pelemahan sebesar 0,43% dibanding posisi hari sebelumnya.
Di Asia, pelemahan rupiah menjadi yang terburuk hingga sore ini. Selain rupiah, mata uang negara-negara lain di Asia juga mengalami tekanan, seperti baht yang melemah 0,37%, yen Jepang 0,31%, won Korea Selatan 0,27%, ringgit 0,26%, dan peso 0,02%. Namun, sebagian mata uang Asia masih menguat seperti yuan offshore sebesar 0,1%. Sementara itu, dolar Singapura dan dolar Hong Kong stagnan.
Teakan terhadap rupiah meningkat akibat kenaikan eskalasi konflik antara Iran dan Israel. Serangan ratusan rudal balistik Iran sebagai balasan atas tindakan Israel mengokupasi Palestina dan menyerang Lebanon, dapat memicu konflik lebih luas yang melibatkan negara-negara di kawasan dan sekutu masing-masing pihak. Dalam situasi ini, investor lebih cenderung mencari aset safe haven yang aman daripada aset berisiko, yang membuat rupiah dan mata uang Asia lainnya mengalami tekanan.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung, menyatakan bahwa otoritas perbankan Indonesia akan terus memantau dampak konflik tersebut terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini mengingat dinamika ekonomi dan keuangan global dapat berkembang sangat cepat, termasuk risiko geopolitik yang terjadi dalam situasi konflik Iran-Israel di Timur Tengah yang tentu saja memiliki implikasi besar pada ekonomi.
Selain tekanan terhadap rupiah, aksi jual saham dan surat utang oleh investor di pasar domestik juga turut memperburuk situasi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat mengalami penurunan sebesar 1,52% dan terlempar ke level 7.524. Di pasar surat utang negara, mayoritas tenor Surat Berharga Negara (SBN) menunjukkan kenaikan imbal hasil, yang menandakan adanya tekanan harga.
Data realtime Bloomberg pada pukul 15:46 WIB menunjukkan bahwa yield SBN-2Y naik ke 6,34%, yield SBN-5Y di angka 6,26%, dan yield SBN-10Y juga meningkat menjadi 6,48%. Tekanan jual tidak hanya terjadi di pasar domestik, tetapi juga terlihat di pasar global karena kekhawatiran akan pecahnya perang baru yang membuat perburuan aset safe haven melonjak dan meninggalkan aset-aset yang lebih berisiko.
Harga emas bertahan di level US$2.652 per troy ounce, sedangkan indeks dolar stabil di kisaran 101,16. Di Asia, sebagian bursa saham merah seperti di Jepang dan Korea Selatan, sementara bursa saham Eropa dibuka menguat siang tadi.
Informasi terkait dampak konflik Iran-Israel terhadap harga minyak dan rantai pasok global juga menjadi perhatian penting. Pasar minyak dunia sudah terpengaruh oleh ketegangan ini, sehingga Indonesia, sebagai importir minyak terbesar di Asia Tenggara, perlu memantau dengan cermat karena hal ini dapat berdampak besar pada perekonomian Indonesia.
Kita perlu memahami bahwa stabilitas geopolitik di Timur Tengah memiliki implikasi besar terhadap ekonomi global, termasuk ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan dan mitigasi risiko perlu diperkuat agar dampak dari situasi ini dapat dikelola dengan baik. Upaya-upaya diplomasi internasional juga perlu diintensifkan untuk mengatasi eskalasi konflik yang dapat mempengaruhi stabilitas dan pertumbuhan ekonomiglobal.