Rupiah Makin Merana, Dolar Naik ke Rp 16.250!
Tanggal: 30 Mei 2024 21:08 wib.
Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) yang semakin berkurang. Dilansir dari Refinitiv, rupiah pada pukul 14:19 WIB melemah 0,59% di angka Rp16.250/US$ pada hari ini, Kamis (30/5/2024). Bahkan rupiah sempat anjlok 0,65% di angka Rp16.260/US$. Sementara indeks dolar AS (DXY) naik ke angka 105,06 atau melemah 0,04%. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan penutupan kemarin yang stagnan 0%.
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar telah menjadi perhatian serius dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini dipicu oleh berbagai faktor eksternal maupun internal yang memengaruhi perekonomian Indonesia. Dalam risalah Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) minutes bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang dirilis pada pekan lalu, menunjukkan kekhawatiran dari para pengambil kebijakan tentang kapan saatnya untuk melakukan pelonggaran kebijakan. Pertemuan tersebut menyusul serangkaian data yang menunjukkan inflasi masih lebih tinggi dari perkiraan para pejabat The Fed sejak awal tahun ini. Sejauh ini, The Fed masih menargetkan inflasi melandai 2%.
Dolar yang terus naik hingga mencapai level Rp 16.250 turut menimbulkan dampak yang cukup signifikan bagi masyarakat luas. Penguatan dolar ini membuat harga-harga komoditas impor menjadi semakin mahal, sehingga berdampak pada inflasi dan daya beli masyarakat. Selain itu, sektor pariwisata dan sektor ekspor juga ikut terdampak, karena produk-produk Indonesia menjadi lebih mahal bagi pasar global.
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia telah melakukan berbagai langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Namun, pelemahan terus berlanjut, dan dolar terus menguat terhadap rupiah. Langkah-langkah intervensi pasar dan peningkatan suku bunga tidak mampu sepenuhnya mengendalikan pelemahan rupiah. Penguatan dolar yang terus terjadi menunjukkan adanya ketidakpastian dan kekhawatiran di pasar keuangan terhadap kondisi ekonomi Indonesia.
Kondisi ini juga menimbulkan kekhawatiran terhadap investasi asing di Indonesia, karena nilai tukar rupiah yang merosot membuat investasi menjadi lebih berisiko. Kondisi ini juga telah memicu keresahan di pasar modal Indonesia, dengan terjadinya penjualan massal saham-saham perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.