Rupiah Diproyeksi Menguat di Bawah Rp16 Ribu per USD pada Kuartal III-2024
Tanggal: 8 Agu 2024 08:00 wib.
PT Mandiri Sekuritas memproyeksikan bahwa nilai tukar rupiah mampu mencapai level di bawah Rp16.000 per USD pada kuartal III-2024. Hal ini didorong oleh sinyal pemangkasan suku bunga acuan dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed.
Menurut Chief Economist Mandiri Sekuritas, Rangga Cipta, proyeksi yang disampaikan adalah optimis. Dia memprediksi bahwa di kuartal III tahun ini, nilai tukar rupiah dapat berada di posisi sekitar Rp15.900 per USD. "Di Mandiri Sekuritas, kita melihat di kuartal III (2024), mungkin rupiah bisa menguat di bawah Rp16.000 per USD, mungkin kisaran Rp15.900," ujar Rangga saat diwawancarai di Menara Mandiri, Jakarta Selatan, pada Rabu (7/8/2024).
Mandiri Sekuritas juga memproyeksikan bahwa pemangkasan suku bunga acuan The Fed akan melebihi dari perkiraan awal. Meskipun begitu, ada kemungkinan mata uang Indonesia bisa kembali mengalami pelemahan dan berada di atas Rp16.000 per USD pada kuartal IV-2024.
Pelemahan ini bisa disebabkan oleh sejumlah sentimen atau dampak dari berbagai momentum politik, baik di tingkat global maupun regional. Sebagai contoh, pemilihan umum Presiden Amerika Serikat (AS) dan minimnya keputusan para pelaku usaha terhadap kebijakan kabinet ekonomi yang dijalankan oleh Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
"Di kuartal IV (2024) kita melihat mungkin akan ada tekanan lagi terhadap nilai tukar rupiah, karena faktor-faktor yang telah saya sebutkan tadi, sehingga kemungkinan (rupiah) bisa kembali berada di kisaran Rp16.000," ungkapnya.
Menurut data dari Bank Indonesia (BI), kebijakan moneter dan fiskal yang dilaksanakan oleh pemerintah memiliki dampak signifikan terhadap nilai tukar rupiah. Dalam beberapa tahun terakhir, BI telah berupaya menjaga kestabilan rupiah terhadap mata uang asing, termasuk USD. Meskipun demikian, fluktuasi nilai tukar rupiah tetap dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Prof. Andi Mulya, menambahkan bahwa faktor-faktor eksternal, seperti kebijakan The Fed dan kondisi geopolitik global, turut memengaruhi penguatan atau pelemahan rupiah. Dalam proyeksi ke depan, efek dari kebijakan fiskal dan moneter pemerintah serta keputusan The Fed akan menjadi penentu arah pergerakan nilai tukar rupiah.
Selain itu, stabilitas politik dan keamanan dalam negeri juga memiliki pengaruh besar terhadap kinerja ekonomi Indonesia, termasuk nilai tukar rupiah. Faktor-faktor tersebut telah menjadi perhatian utama para pelaku pasar dalam menilai prospek penguatan atau pelemahan rupiah pada periode yang akan datang.
Pesatnya perkembangan teknologi dan ketergantungan global juga menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan dalam memprediksi arah pergerakan mata uang. Dengan semakin terbukanya akses pasar keuangan global bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, rupiah akan terus dipengaruhi oleh kondisi eksternal yang tidak terduga.
Secara historis, penguatan rupiah sebelumnya pernah diikuti dengan periode pelemahan dalam beberapa bulan berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa proyeksi jangka panjang terkait dengan nilai tukar rupiah perlu dilakukan dengan hati-hati dan didukung oleh analisis mendalam atas sejumlah faktor internal dan eksternal yang dapat memengaruhi penguatan atau pelemahan rupiah.