Sumber foto: Google

Ruang Hijau Kota Terus Menyusut, Warga Kehilangan Udara Segar dan Tempat Bernafas

Tanggal: 7 Mei 2025 10:38 wib.
Tampang.com | Pembangunan gedung bertingkat, jalan tol, dan perumahan komersial terus menggeliat di kota-kota besar. Namun di balik pembangunan ini, ruang terbuka hijau (RTH) — yang semestinya jadi paru-paru kota — justru terus menyusut. Warga pun mulai merasakan dampaknya: udara makin panas, polusi makin tinggi, dan ruang bermain makin sempit.

Angka Jauh dari Target Nasional
Sesuai amanat UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, setiap kota seharusnya memiliki minimal 30% dari total luas wilayah sebagai RTH. Namun realitanya, Jakarta hanya mencatat 9,8%, Surabaya 13%, dan Bandung di bawah 14%. Sisanya didominasi bangunan dan jalanan beton.

“Di Jakarta Selatan, banyak taman lingkungan yang hilang diganti kavling rumah. Akhirnya anak-anak main di pinggir jalan,” ujar Feri, warga Kebayoran Lama.

Dampak Lingkungan Langsung Terasa
Minimnya RTH menyebabkan temperatur kota meningkat, fenomena yang dikenal sebagai urban heat island. Selain itu, RTH yang cukup juga berfungsi sebagai resapan air untuk mengurangi banjir, penyaring udara alami, serta tempat interaksi sosial warga.

Menurut data BMKG, suhu udara harian di kawasan urban meningkat 0,4–0,8°C dalam 10 tahun terakhir, sementara indeks kualitas udara makin memburuk, terutama saat musim kemarau.

Pembangunan Serba Beton Tak Ramah Iklim
Pakar lanskap dari IPB, Dr. Retno Ayu, menyebut bahwa banyak pengembang dan pemerintah daerah belum memasukkan perspektif ekologis dalam perencanaan kota. “Taman kota bukan cuma elemen estetika, tapi sistem pendukung kehidupan urban. Kalau diabaikan, krisis lingkungan kota akan semakin nyata,” tegasnya.

Solusi: RTH Mikro dan Partisipasi Warga
Beberapa kota mulai menerapkan inisiatif RTH mikro, seperti taman atap, lorong hijau, dan kebun komunitas. Namun, pendekatan ini masih terbatas dan butuh dukungan kebijakan yang konsisten. Partisipasi warga, kolaborasi dengan komunitas, dan insentif untuk RTH swasta juga bisa jadi jalan keluar.

Kesimpulan
Krisis ruang hijau adalah krisis lingkungan dan kesehatan publik. Jika tidak segera ditangani, kota-kota kita bisa berubah menjadi beton panas yang tidak manusiawi. Pemulihan RTH harus menjadi prioritas tata kota berkelanjutan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved