RI Waspada! Produksi Beras Diramal Turun, Begini Tanda-Tanda Terbaru
Tanggal: 8 Jul 2024 20:21 wib.
Produksi beras di Indonesia pada rentang bulan Januari hingga Agustus 2024 diprediksi akan mengalami penurunan yang signifikan jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2023. Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan bahwa produksi beras berpotensi turun sebesar 9,52% menjadi 21,39 juta ton dari posisi Januari-Agustus 2023. Penurunan ini dapat mengakibatkan dampak serius terhadap ketersediaan beras di pasaran, sehingga perlu menjadi perhatian bagi pemerintah dan pihak terkait.
Data proyeksi BPS menunjukkan bahwa grafik proyeksi produksi beras nasional akan anjlok tajam di bulan Juni 2024, setelah mengalami peningkatan pada bulan April-Mei 2024 yang merupakan periode puncak panen. Meskipun demikian, produksi beras diperkirakan akan naik kembali di bulan Juli hingga Agustus 2024. Namun, potensi produksi beras nasional diprediksi mencapai 2,02 juta ton di bulan Juni, kemudian meningkat menjadi 2,19 juta ton di bulan Juli, dan naik lagi menjadi 2,67 juta ton di bulan Agustus 2024. Data produksi beras pada tahun 2023 juga menunjukkan pola serupa, dimana produksi beras bulan Juni tercatat sebanyak 2,79 juta ton, kemudian turun menjadi 2,48 juta ton di Juli, sebelum kembali naik menjadi 2,52 juta ton pada bulan Agustus.
Proyeksi tersebut merupakan hasil amatan BPS dengan menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA) pada bulan Mei 2024. Metode KSA mampu memperkirakan fase tumbuh dan potensi terjadi panen pada bulan Juni, Juli, dan Agustus. Hal ini menjadi informasi penting untuk dapat melakukan penyerapan terutama oleh Perum Bulog agar ketersediaan beras dapat terjaga sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Selain itu, BPS juga mencatat adanya kenaikan harga beras di tingkat eceran secara bulanan (month to month/ m to m) yang terjadi pada 1 Juli 2024. Harga beras kembali bergerak naik setelah sempat mengalami penurunan pada bulan Mei 2024. Kenaikan harga juga terjadi pada gabah petani dan penjualan beras di tingkat grosir. Harga rata-rata gabah di tingkat petani pada bulan Juni 2024 meningkat sebesar 5,64% secara bulanan dan 11,34% secara tahunan (year on year/ yoy) untuk gabah kering panen (GKP). Sementara harga gabah kering giling (GKG) di tingkat petani juga mengalami kenaikan sebesar 2,75% secara bulanan dan 8,17% secara tahunan.
Untuk harga beras, BPS mencatat bahwa harga di tingkat penggilingan naik 0,80% secara bulanan dan 11,93% secara tahunan. Data BPS juga menunjukkan bahwa harga rata-rata beras dan gabah menunjukkan tren kenaikan sejak awal tahun 2024, mencapai puncak tertinggi di bulan Februari 2024 untuk harga gabah di tingkat petani, dan di bulan Maret 2024 untuk harga beras di penggilingan, grosir, dan eceran.
Harga gabah di tingkat petani, serta harga beras di tingkat penggilingan, grosir, dan eceran mulai mengalami penurunan setelah puncak harga tertinggi pada bulan Februari dan Maret 2024. Namun, harga kembali naik mulai bulan Juni 2024. Hal ini menunjukkan adanya tren naik turun harga beras dan gabah yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Dengan penurunan produksi beras yang diprediksi terjadi, serta fluktuasi harga beras dan gabah dalam kurun waktu tertentu, maka diperlukan langkah-langkah strategis dari pihak terkait, terutama pemerintah dan lembaga terkait seperti Badan Urusan Logistik (Bulog), untuk mengelola pasokanberas