Revitalisasi BLK: Fokus pada Transformasi Kurikulum dan Metode Pelatihan yang Berkualitas

Tanggal: 24 Jul 2025 09:56 wib.
Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, telah mengumumkan bahwa revitalisasi Badan Pelatihan Kerja (BLK) akan difokuskan pada perubahan mendasar dalam hal kurikulum dan metode pelatihan yang selaras dengan kebutuhan dunia industri serta mendukung program-program prioritas yang dicanangkan oleh pemerintah. Dalam hal ini, Yassierli menjelaskan bahwa transformation ini mencakup beberapa aspek penting.

Salah satu langkah revolusioner yang akan diterapkan adalah metode pembelajaran berbasis proyek, yang dikenal dengan istilah project-based learning. Metode ini diharapkan dapat memberikan pengalaman praktis yang mendalam kepada para peserta didik, sehingga mereka lebih siap menghadapi tantangan nyata di dunia kerja setelah menyelesaikan pelatihan. Selain itu, pelatihan bagi koperasi yang berfokus pada peningkatan kompetensi pengurus Koperasi Merah Putih juga menjadi perhatian khusus. Melalui BLK, kemampuan para pengurus akan ditingkatkan untuk memajukan pengelolaan dan pengembangan koperasi yang lebih baik.

Selain itu, program pelatihan kompetensi hijau atau green competencies juga akan menjadi salah satu poin penting dalam revitalisasi ini. Dalam era industri yang semakin memprioritaskan keberlanjutan, keterampilan yang berhubungan dengan keberlanjutan lingkungan menjadi sangat penting. Melalui pelatihan semacam ini, diharapkan lulusan BLK dapat mengintegrasikan prinsip-prinsip berkelanjutan dalam pekerjaan mereka.

Optimalisasi fungsi BLK, menurut Menaker, bukan hanya merupakan solusi untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, tetapi juga tantangan strategis yang harus dihadapi oleh sektor ketenagakerjaan di Indonesia. Yassierli menambahkan, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) melakukan berbagai upaya untuk membangun kolaborasi dengan berbagai pihak, baik dari sektor publik maupun swasta, yang bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

Kolaborasi ini telah menghasilkan beberapa pencapaian konkret, di antaranya adalah penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan 21 kementerian dan lembaga, 12 pemerintah daerah, serta 35 mitra pembangunan. Kerja sama ini bertujuan untuk menyiapkan talenta-talenta unggul yang siap terjun ke dalam program-program nasional serta berkontribusi dalam penciptaan lapangan kerja.

"Kami percaya bahwa dengan membangun sinergi di antara berbagai institusi, kita bisa menemukan solusi atas masalah ketenagakerjaan yang ada," ungkap Yassierli. 

Selain sinergi, Kemnaker juga menerapkan empat pendekatan utama dalam strategi penciptaan lapangan kerja. Keempat pendekatan tersebut meliputi kolaborasi antar kementerian dan sektor, pemagangan, kewirausahaan, serta Gerakan Peningkatan Produktivitas Nasional. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kerja sama lintas sektor dalam mengatasi permasalahan ketenagakerjaan yang kompleks.

Dari sudut pandang kelembagaan, Kemnaker tidak hanya berfokus pada pengembangan pelatihan tetapi juga melakukan transformasi internal untuk meningkatkan tata kelola sebagai fondasi pelayanan publik yang lebih baik. Yassierli menegaskan pentingnya reformasi birokrasi yang diorientasikan kepada prinsip transparansi, kolaborasi, kinerja, dan etika dalam setiap aspek layanan publik di lingkup kementerian.

"Ke depan, strategi kami akan lebih diarahkan pada perubahan pola pikir kelembagaan, dari yang selama ini lebih fokus pada urusan ketenagakerjaan, menjadi institusi yang berperan aktif dalam pengembangan sumber daya manusia secara holistik," pungkas Menaker Yassierli.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved