Ratusan Umat Hindu di Semarang Rayakan Nyepi di Tengah Hujan Deras
Tanggal: 30 Mar 2025 11:52 wib.
Tampang.com | Meskipun hujan deras mengguyur Kota Semarang sejak siang, ratusan umat Hindu tetap melaksanakan peribadatan menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1947 di Pura Giri Nata, Jumat (28/3/2025) malam.
Saat hujan mulai mereda sekitar pukul 16.30 WIB, umat Hindu mulai berdatangan ke pura untuk mengikuti ibadah Tawur Kesanga. Dengan mengenakan pakaian adat berwarna putih serta udeng di kepala bagi pria, mereka menjalani ritual dengan penuh khidmat.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Semarang, Nengah Wirta Dharma Yana, menjelaskan bahwa Tawur Kesanga memiliki makna mendalam, yaitu sebagai bentuk “pembayaran” kepada alam semesta.
"Semua yang kita miliki berasal dari alam semesta. Oleh karena itu, kita wajib bersyukur dan memberikan persembahan sebagai bentuk terima kasih," tuturnya.
Rangkaian Upacara Menyambut Nyepi
Upacara Tawur Kesanga merupakan bagian dari rangkaian perayaan Nyepi yang diawali dengan Melasti di Pantai Marina pada pagi harinya. Prosesi Melasti bertujuan untuk membersihkan diri sebelum menjalani catur brata penyepian.
"Kami mengambil air suci dari laut sebagai simbol penyucian diri dan memohon berkah untuk tahun yang akan datang," jelas Wirta.
Di dalam pura, umat Hindu mempersembahkan sesajen yang berisi berbagai jenis makanan dengan dupa menyala di atasnya. Menjelang akhir prosesi, mereka berkeliling pura sambil menggenggam dupa, memanjatkan doa-doa suci.
Makna Hari Raya Nyepi dan Catur Brata Penyepian
Hari Raya Nyepi merupakan momen bagi umat Hindu untuk merenung dan mengintrospeksi diri. Mereka menjalani Catur Brata Penyepian, yang terdiri dari:
Amati Geni – Tidak menyalakan api atau cahaya, melambangkan pengendalian hawa nafsu.
Amati Karya – Tidak bekerja, sebagai wujud fokus pada perenungan spiritual.
Amati Lelungan – Tidak bepergian, melambangkan ketenangan dan kedamaian batin.
Amati Lelanguan – Tidak bersenang-senang, sebagai bentuk pengendalian diri.
"Besok pagi, umat Hindu di Semarang dan Bali akan menjalani Brata Penyepian di rumah masing-masing. Suasana di Bali pun akan sangat sepi, tidak ada aktivitas di bandara maupun pelabuhan," ungkap Wirta.
Tema Nyepi 2025: Manawa Sewa Madawa Sewa
Tahun Baru Saka 1947 mengusung tema "Manawa Sewa Madawa Sewa", yang berarti pelayanan kepada sesama manusia sama dengan melayani Tuhan.
"Konsep ini sejalan dengan ajaran Vasudhaiva Kutumbakam, bahwa kita semua adalah saudara. Kita harus menjaga hubungan baik, menghormati sesama, dan merawat alam semesta," jelas Wirta.
Ia menambahkan bahwa ajaran ini juga mencerminkan prinsip Tri Hita Karana, yaitu tiga penyebab keharmonisan dalam kehidupan:
Hubungan manusia dengan Tuhan – Melalui ibadah dan pengamalan ajaran-Nya.
Hubungan manusia dengan sesama – Dengan saling membantu dan menghormati.
Hubungan manusia dengan alam – Dengan menjaga lingkungan agar tetap lestari.
Dengan semangat ini, umat Hindu di Semarang berharap perayaan Nyepi dapat membawa kesejahteraan dan kedamaian bagi seluruh umat manusia.