Ratusan Pegawai BRIN, Termasuk Profesor, Mengeluh soal Status Menganggur di Jakarta
Tanggal: 28 Mei 2025 23:22 wib.
Aksi demonstrasi yang berlangsung di depan kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Gedung B.J. Habibie, Jakarta Pusat, menjadi sorotan publik ketika ratusan pegawai, termasuk profesor terkemuka, mengungkapkan keluhan mereka mengenai status kerja yang tidak jelas. Demonstrasi yang diadakan pada Selasa, 27 Mei 2025 ini diberi nama Mimbar Akademis Penyelamatan Aset dan Masa Depan Iptek Nasional. Dalam aksi tersebut, para peserta menuntut agar Kepala BRIN, L.T. Handoko, dipecat dari jabatannya.
Salah satu peserta yang turut serta dalam demonstrasi tersebut adalah Harsisto, seorang ASN dari Pusat Riset Material Maju yang sebelumnya ditugaskan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Sejak Januari lalu, ia ditempatkan sementara di Kantor Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN di Rawamangun, Jakarta Timur. Harsisto mengaku bahwa di antara 258 ASN dalam status penempatan sementara, tidak ada pekerjaan yang jelas bagi mereka. "Kami hanya absen dari pukul 9 dan pulang jam 15. Selebihnya, kami duduk-duduk di lantai dua tanpa arah,” ujar profesor bidang metalurgi ini dengan penuh kekecewaan.
Harsisto, yang telah mengumpulkan pengalaman selama puluhan tahun dan meraih gelar ahli peneliti utama pada tahun 2002, merasa dipindahkan ke bagian yang tidak sesuai dengan keahliannya. Ia dicurahkan ke bidang material maju, padahal keahliannya terletak dalam masalah korosi dan metalurgi. Ia berusaha meminta agar dipindahkan ke pusat riset lain yang lebih relevan dengan keahlian yang dimilikinya, namun hingga kini, ia belum menerima surat keputusan yang diharapkannya.
Nasib senada juga dialami oleh Is Pelsy, ASN asal Flores, NTT, yang telah bekerja di LIPI selama dua dekade. Is mengeluhkan karena proses pengangkatan dan penempatan tugasnya tak kunjung jelas. "Kami semua disuruh relokasi ke Jakarta, namun di sini, kami sangat bingung dan tak memiliki pekerjaan yang menanti," keluhnya. Para ASN yang berada dalam penempatan sementara merasa terjebak tanpa ada solusi yang konkret dari manajemen BRIN.
Sistem penempatan yang diterapkan BRIN ini ternyata menimbulkan dampak langsung pada tunjangan kinerja pegawai. Is menegaskan bahwa semua ASN yang kini dalam status penempatan sementara akan berpotensi dijadikan pegawai dengan jabatan fungsional umum, yang berimplikasi pada potongan tunjangan. "SK pemotongan tunjangan kinerja sudah keluar pada 26 Mei, sementara kami hanya mendapatkan gaji pokok. Saya harus membayar biaya hidup di Jakarta dan juga menghidupi keluarga di Flores," ungkapnya dengan nada resah.
Kondisi ini semakin rumit, karena sebagian besar ASN yang berada di Rawamangun berasal dari daerah seperti Sulawesi, Maluku, Tangerang, dan Cirebon. Mereka merasa ditelantarkan oleh sistem homebase yang diterapkan BRIN, menciptakan ketidakpastian di antara para pegawai yang seharusnya memiliki peran penting dalam pengembangan riset dan inovasi di Indonesia.
Menanggapi unjuk rasa ini, I Gede Wenten, anggota Dewan Pengarah BRIN, mengungkapkan bahwa keluhan tersebut telah dibahas sejak 29 April 2025. Dia mencatat bahwa untuk sementara waktu, pegawai tidak akan dipecat, dan akan dicari solusi yang lebih permanen dalam waktu dekat. Gede menambahkan, beberapa pegawai yang berada di Rawamangun sebenarnya sudah dipindahkan kembali ke unit riset mereka di Serpong dan Cibinong, namun memilih untuk kembali ke penempatan sebelumnya.
Sementara itu, kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menyatakan bahwa setiap pegawai memiliki kebebasan untuk memilih formasi yang sesuai dengan kompetensi dan minat mereka. Namun, penempatan sementara tersebut terjadi karena ketidaksesuaian antara kapasitas, kompetensi, atau adanya masalah disiplin. "Kami berkomitmen untuk memastikan setiap ASN berkontribusi secara optimal sesuai dengan kompetensi mereka dan kebutuhan organisasi," ujarnya.
Kondisi yang dihadapi oleh para pegawai BRIN ini mengingatkan kita akan tantangan yang ada dalam sistem pengelolaan pegawai di lembaga riset nasional, yang seharusnya memfasilitasi kesuksesan dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.