Rakyat Diusir dari Tanah Sendiri, Konflik Agraria Kian Brutal di Tengah Investasi Besar!
Tanggal: 17 Mei 2025 14:23 wib.
Tampang.com | Ketika negara gencar mendorong investasi melalui proyek-proyek besar, konflik agraria justru makin meningkat. Di berbagai daerah, rakyat kecil terusir dari lahan yang telah mereka tempati selama puluhan tahun hanya karena kalah secara administratif melawan korporasi.
Tanah Leluhur Berganti Alat Berat
Di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, puluhan warga adat dipaksa angkat kaki dari tanah yang telah dihuni secara turun-temurun. Mereka tidak memiliki sertifikat resmi, tapi telah tinggal di sana jauh sebelum izin perusahaan dikeluarkan.
“Kalau tanah warisan leluhur kami saja bisa diambil begitu saja, di mana lagi rakyat bisa berpijak?” ujar Andu, tokoh masyarakat adat setempat.
Investasi Besar, Suara Rakyat Kecil Tenggelam
Proyek-proyek sawit, tambang, hingga kawasan industri kerap menjadi alasan penggusuran. Meski disebut ‘untuk kepentingan nasional’, dampaknya justru menambah kemiskinan struktural di pedesaan. Data Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mencatat ada lebih dari 200 konflik agraria yang terjadi sepanjang tahun lalu saja.
Pemerintah Dianggap Abai terhadap Reforma Agraria Sejati
Program reforma agraria yang digagas sejak lama dinilai hanya jargon. Pembagian lahan sering tidak tepat sasaran, dan penyelesaian konflik lebih sering menguntungkan pemodal ketimbang masyarakat. “Tanah menjadi komoditas elit, bukan hak rakyat,” kritik Dr. Budi Mahardika, pengamat agraria dari UGM.
Solusi: Perlindungan Hukum dan Pemetaan Ulang Kepemilikan Lahan
Para pakar menyerukan perlunya pemetaan ulang secara partisipatif untuk mengenali klaim masyarakat adat dan petani kecil. Negara juga diminta hadir secara tegas untuk melindungi kelompok rentan, bukan hanya melayani investor.
Lahan Bukan Sekadar Aset, Tapi Soal Hidup dan Identitas
Bagi banyak masyarakat di Indonesia, tanah bukan sekadar properti, melainkan sumber kehidupan, warisan budaya, dan identitas. Ketika tanah hilang, yang lenyap bukan hanya atap, tapi juga harapan.