Sumber foto: infobanknews.com

Putin Mau Batasi Ekspor Nikel, Bagaimana Nasib Emiten Nikel RI?

Tanggal: 14 Sep 2024 05:29 wib.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah meminta para pejabat di negaranya untuk mempertimbangkan pembatasan ekspor komoditas, termasuk uranium. Hal ini merupakan respon atas sanksi-sanksi baru yang diberlakukan oleh negara-negara Barat terhadap Rusia dan sekutunya.

Dalam pertemuan yang disiarkan televisi pada hari Rabu, Putin menyatakan, "Silakan lihat beberapa jenis barang yang kami pasok ke pasar dunia... Mungkin kita harus memikirkan pembatasan tertentu - uranium, titanium, nikel." Putin juga menegaskan bahwa usulan ini merupakan respons terhadap tekanan dari Barat. Dia mengatakan, "Kami menghadapi pembatasan pada beberapa impor, jadi mungkin kami harus mempertimbangkan untuk memberlakukan pembatasan tertentu sendiri."

Pernyataan Putin ini menjadi sorotan ketika sanksi-sanksi Barat terhadap Rusia semakin meningkat, termasuk sanksi terhadap sekutu Rusia seperti Tiongkok dan Iran. Barat telah semakin menargetkan ekspor logam dari Rusia, seperti aluminium, tembaga, dan nikel.

Colin Hamilton, seorang analis logam di BMO Capital Markets, menyatakan bahwa kondisi geopolitik saat ini menyebabkan komoditas menjadi hal yang sangat penting. Potensi pembatasan ekspor uranium diprediksi dapat berdampak signifikan terutama bagi industri uranium.

Selain itu, Rusia juga telah memotong pasokan gas ke Uni Eropa melalui jaringan pipa Nord Stream pada tahun 2022, dengan ancaman untuk "membekukan" wilayah barat. Dalam konteks ini, komentar Putin dianggap sebagai ancaman yang khas dari dirinya, terutama terhadap Barat. Alexandra Prokopenko, seorang peneliti di Carnegie Russia Eurasia Center, menggambarkan komentar tersebut sebagai "ancaman khas Putin" yang menunjukkan kekuatan Rusia dalam pasokan logam, yang menjadi kebutuhan utama untuk transisi energi hijau.

Dampak dari potensi pembatasan ekspor nikel Rusia telah mulai terasa di pasar saham. Para emiten tambang nikel di Indonesia, seperti PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Timah Tbk. (TINS), PT Vale Indonesia Tbk. (INCO), PT Harum Energy Tbk. (HRUM), PT Central Omega Resources Tbk. (DKFT), dan PT Ifishdeco Tbk. (IFSH) mengalami koreksi pada perdagangan akhir pekan. Namun, ada juga yang stagnan, seperti PT PAM Mineral Tbk. (NICL), dan PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL), serta yang mengalami peningkatan, yakni PT Resources Alam Indonesia Tbk. (KKGI).

Para investor di sektor tambang nikel RI pun diharapkan untuk memantau perkembangan situasi ini dengan cermat. Potensi pembatasan ekspor dari Rusia dapat berdampak langsung terhadap industri nikel di Indonesia, baik dalam hal pasokan bahan baku maupun kondisi pasar global untuk produk-produknikel.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved