Sumber foto: iStock

Puncak Kemarau 2025 Lebih Cepat Datang? Ini Wilayah-Wilayah yang Harus Bersiap!

Tanggal: 25 Mei 2025 01:13 wib.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) baru-baru ini merilis proyeksi musim kemarau tahun 2025 yang menyita perhatian publik. Dalam laporan terbarunya, BMKG menyebutkan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki musim kemarau pada periode April hingga Juni 2025, dengan total sebanyak 403 Zona Musim (ZOM) atau setara 57,7 persen wilayah nasional yang akan terdampak.

Secara keseluruhan, musim kemarau tahun ini diperkirakan akan datang pada waktu yang sama hingga sedikit lebih lambat dari biasanya. Prediksi ini mencakup 409 ZOM atau sekitar 59 persen wilayah Indonesia, dengan distribusi wilayah yang cukup merata dari Sabang hingga Merauke.

Menariknya, meskipun awal musim kemarau bisa sedikit bergeser, akumulasi curah hujan pada periode ini diperkirakan akan berada dalam kategori normal. Artinya, intensitas hujan yang turun selama musim kemarau tidak akan terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Kondisi ini menjadi angin segar bagi banyak sektor, terutama pertanian, karena memudahkan perencanaan irigasi dan panen.

Kapan Puncak Musim Kemarau Terjadi?

Pertanyaan utama yang sering diajukan masyarakat adalah: Kapan puncak musim kemarau akan terjadi tahun ini?

Berdasarkan laporan BMKG yang bertajuk “Prediksi Musim Kemarau Tahun 2025 di Indonesia,” puncak musim kemarau diperkirakan akan berlangsung pada bulan Agustus di sebagian besar wilayah yang masuk dalam zona musim (ZOM).

Namun, BMKG juga mencatat bahwa puncak musim kemarau 2025 bisa datang lebih awal dari biasanya di sejumlah daerah. Hal ini menjadi perhatian serius, terutama bagi wilayah yang rentan terhadap kekeringan atau defisit air bersih.

Secara rinci, sebanyak 562 ZOM atau sekitar 80,4 persen wilayah Indonesia diperkirakan akan mengalami puncak musim kemarau pada rentang Juni hingga Agustus 2025. Ini merupakan periode kritis di mana suhu udara bisa meningkat, kelembaban udara menurun, dan risiko kebakaran lahan meningkat.

Wilayah-Wilayah dengan Puncak Kemarau Lebih Awal

Jika dibagi berdasarkan wilayah geografis, BMKG mencatat bahwa wilayah barat dan barat laut Indonesia akan merasakan puncak musim kemarau lebih awal, yakni pada bulan Juni hingga Juli 2025. Wilayah-wilayah ini mencakup:



Sebagian besar Sumatra


Jawa bagian barat


Kalimantan bagian utara


Beberapa wilayah di Sulawesi


Papua bagian tengah dan timur



Totalnya, ada 222 ZOM atau 31,8 persen wilayah Indonesia yang akan mengalami puncak musim kemarau pada periode ini. Kondisi tersebut penting untuk diperhatikan oleh pemerintah daerah dan masyarakat karena dampaknya bisa terasa langsung, seperti penurunan debit air sungai, potensi kekeringan lahan, hingga gangguan pasokan listrik akibat turunnya kapasitas pembangkit air (PLTA).

Wilayah dengan Puncak Kemarau pada Agustus

Sementara itu, wilayah lainnya yang lebih luas, yakni 340 ZOM atau sekitar 48,6 persen wilayah, akan memasuki puncak kemarau pada bulan Agustus 2025. Daerah-daerah ini mencakup:



Jawa bagian tengah hingga timur


Sebagian besar Kalimantan dan Sulawesi


Bali dan Nusa Tenggara


Maluku dan Maluku Utara


Sebagian wilayah Papua lainnya



Kondisi puncak kemarau yang lebih lambat ini memberikan waktu lebih panjang bagi pemerintah daerah untuk melakukan mitigasi, seperti distribusi air bersih, edukasi hemat air, serta pengawasan terhadap area rawan kebakaran hutan dan lahan.

Durasi Musim Kemarau Beragam, Ada yang Cuma 2 Bulan

Satu hal yang tak kalah penting adalah durasi musim kemarau yang bervariasi di berbagai wilayah Indonesia. BMKG mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah wilayah yang hanya akan mengalami kemarau selama 6 dasarian atau sekitar dua bulan, terutama di beberapa wilayah di Sumatra dan Kalimantan.

Namun, di sisi lain, ada pula wilayah yang akan menghadapi kemarau lebih panjang, yakni lebih dari 24 dasarian. Kondisi ekstrem ini diprediksi akan terjadi di sebagian wilayah Sulawesi. Durasi kemarau yang panjang ini bisa berdampak serius terhadap sektor pertanian, perikanan, dan ketersediaan air bersih.

Lebih Pendek dari Biasanya

Menariknya, dibandingkan dengan musim kemarau pada tahun-tahun sebelumnya, musim kemarau 2025 diprediksi akan berlangsung lebih singkat di sebagian wilayah Indonesia. BMKG memperkirakan bahwa 298 ZOM atau sekitar 43 persen wilayah nasional akan mengalami musim kemarau dengan durasi lebih pendek dari biasanya.

Meski terdengar positif karena artinya hujan akan lebih cepat kembali turun, kondisi ini tetap memerlukan perhatian khusus. Siklus cuaca yang cepat berubah dapat mengganggu kestabilan produksi pertanian dan mengacaukan pola tanam petani.

Antisipasi dan Mitigasi

Informasi prediksi musim kemarau ini seharusnya menjadi dasar bagi masyarakat dan pemerintah untuk mulai bersiap. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:



Memastikan ketersediaan air bersih di daerah-daerah rawan kekeringan


Mengatur jadwal tanam dan panen agar tidak terganggu oleh perubahan cuaca


Meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan


Melakukan sosialisasi hemat air di kalangan masyarakat



Dengan perencanaan yang matang, dampak negatif dari musim kemarau dapat diminimalkan, bahkan menjadi peluang untuk peningkatan produktivitas sektor pertanian dan energi jika dikelola dengan baik.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved