Pria Bekerja dengan Gaji Rp 16 Juta Per Bulan, Tetapi Mengeluh Uang Masih Kurang
Tanggal: 28 Apr 2024 09:09 wib.
Seorang pria yang bekerja dengan gaji bulanan sebesar Rp 16 juta mengeluh bahwa pendapatannya masih kurang untuk memenuhi gaya hidup istri yang tinggi bak anak sultan. Curahan hati ini menarik perhatian publik dan menimbulkan berbagai tanggapan.
Menurut pria tersebut yang dikutip dari mStar, Sabtu (27/4/2024), kebahagiaan dalam pernikahan dapat tercapai saat pasangan suami-istri saling memahami dan melengkapi satu sama lain. Namun, ia merasa terbebani dengan gaya hidup hedonistik sang istri yang membuatnya merasa tidak nyaman.
Sebagai manajer di sebuah perusahaan, sementara istrinya adalah seorang pejabat administrasi diplomatik (PTD) di instansi pemerintah, pria tersebut merasa terbebani dengan sikap istri yang tidak mau berbagi tanggung jawab keuangan. Ia merasa bahwa istri terlalu berlebihan dalam menginginkan segalanya dan tidak mau membagi biaya kehidupan mereka.
Perbedaan pendapatan yang signifikan antara mereka juga menjadi persoalan utama. Meskipun ia menerima gaji bulanan sekitar Rp 16 juta, namun pengeluaran bulanannya jauh melebihi jumlah tersebut. Ia bahkan harus meminjam uang kepada ayahnya dan menjadikan pinjaman jangka panjang sebagai solusi atas kekurangan finansial tersebut. Hal ini membuatnya semakin terjebak dalam masalah keuangan yang tidak kunjung selesai.
Pria tersebut juga mengungkapkan bahwa ia meminjam uang hingga kepada pihak lain, termasuk menghabiskan tabungan ayahnya, semata-mata untuk memenuhi keinginan istri dan anak-anak mereka. Ia mengaku bahwa tindakannya ini bukan semata-mata untuk mengikuti keinginan istri, tetapi juga karena kasih sayangnya terhadap anak-anak. Ia tidak ingin anak-anaknya menderita dan merasa terjebak dalam situasi ini.
Namun, permasalahan ini bukan hanya tentang keuangan semata. Ia merasa tertekan dengan sikap egosentris istri setelah menjadi seorang pejabat diplomatik. Sebelumnya, istri tersebut terlihat lebih baik, namun setelah mendapatkan posisi tersebut, sikapnya menjadi sulit untuk dihadapi.
Kondisi finansial yang terus memburuk membuat pria tersebut semakin terjebak dan terhimpit dalam masalah ini. Ia merasa bingung untuk menemukan solusi atas kesulitan yang dihadapinya dan bergantung pada tabungan yang semakin menipis. Bahkan, rekan dan keluarganya pun terkecewa pada sikapnya.
Curahan hati pria ini kemudian mendapat beragam tanggapan dari publik. Banyak yang memberikan dukungan dan dapat memahami persoalan yang dihadapinya, namun tidak sedikit pula yang mengecam tindakannya. Mereka menyoroti bahwa sebagai suami, ia harus bisa membimbing dan tegas dalam menghasilkan keputusan yang tepat. Dukungan dan tanggapan dari masyarakat menjadi salah satu faktor yang membuatnya semakin yakin untuk menyelesaikan masalah ini.