Prabowo Mau Suntik Mati PLTU dalam 15 Tahun, Bahlil Bilang Begini
Tanggal: 24 Nov 2024 18:06 wib.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, memberikan respons terhadap pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menargetkan Indonesia akan melakukan pensiun dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dalam kurun 15 tahun ke depan. Menurut Bahlil, target tersebut merupakan komitmen Indonesia untuk mempercepat pencapaian nol emisi pada tahun 2060.
Bahlil Lahadalia menjelaskan bahwa pernyataan yang disampaikan Presiden Prabowo Subianto adalah sebagai bentuk komitmen dalam rangka Indonesia menuju Net Zero Emission pada tahun 2060. Dia menegaskan bahwa pihaknya akan melakukan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan arahan yang telah disampaikan oleh Presiden.
Selain itu, Bahlil juga menekankan bahwa arahan Presiden Prabowo merupakan hal yang harus dilaksanakan sebagai bagian dari komitmen Indonesia untuk mempercepat pencapaian target nol emisi pada tahun 2060. Hal ini sejalan dengan upaya Indonesia dalam mempercepat penggunaan energi baru terbarukan tanpa membebani negara dan masyarakat.
Sebelumnya, Prabowo Subianto mengungkapkan visi besar Indonesia untuk mencapai nol emisi sebelum tahun 2050. Salah satu upaya yang diusung adalah dengan meningkatkan penggunaan biodiesel dan mengkonversi PLTU ke sumber energi terbarukan. Prabowo juga menyoroti potensi panas bumi sebagai sumber energi alternatif yang luar biasa dan merencanakan untuk menghentikan penggunaan batu bara dalam pembangkit listrik serta beralih ke energi terbarukan dalam kurun waktu 15 tahun ke depan.
Dalam konteks ini, pernyataan Presiden Prabowo Subianto tak lepas dari komitmen global terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca sebagai bagian dari upaya Indonesia untuk mencapai target nol emisi pada tahun 2060. Wakil Presiden RI dalam KTT G20 di Brasil menegaskan bahwa Indonesia akan berkomitmen untuk membangun lebih dari 75 gigawatt tenaga terbarukan dalam kurun 15 tahun mendatang.
Hal ini menjadi tantangan besar bagi ESDM dalam mengimplementasikan kebijakan energi terbarukan. Bahlil Lahadalia menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan energi nasional dengan upaya perlindungan lingkungan serta kesinambungan pasokan energi bagi masyarakat Indonesia.
Komitmen Indonesia untuk pensiun dini PLTU merupakan langkah strategis dalam percepatan penggunaan energi terbarukan guna mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca. Namun, hal ini juga memerlukan perencanaan yang matang, investasi besar, dan kesiapan infrastruktur yang memadai. Implementasi pencapaian target nol emisi harus diimbangi dengan upaya meyakinkan masyarakat akan keberlanjutan pasokan energi yang cukup dan terjangkau.
Dalam menyongsong pensiun dini PLTU dan konversi ke energi terbarukan, Indonesia perlu mengoptimalkan potensi sumber energi terbarukan seperti panas bumi, energy surya, energy angin, dan energi air. Selain itu, infrastruktur yang mendukung peralihan ini juga perlu diperkuat guna memastikan stabilitas pasokan energi nasional.
Selain implementasi dalam skala nasional, kerjasama internasional juga menjadi hal yang penting dalam mewujudkan komitmen Indonesia terhadap pencapaian target nol emisi. Pengalaman dan sumber daya dari negara-negara maju dalam pengembangan energi terbarukan menjadi modal penting bagi Indonesia dalam perubahan ini.
Upaya menuju pensiun dini PLTU memerlukan keterlibatan semua pihak, termasuk pemerintah, industri energi, dan masyarakat. Pendidikan tentang pentingnya penggunaan energi terbarukan dan upaya mengurangi emisi harus terus ditingkatkan untuk mencapai kesadaran yang lebih luas.