PPDB Jalur Zonasi Dinilai Tak Adil, Sekolah Favorit Jadi Milik yang Punya "Alamat Strategis"?
Tanggal: 14 Mei 2025 18:38 wib.
Tampang.com | Polemik Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jalur zonasi kembali muncul di sejumlah daerah. Alih-alih mengatasi ketimpangan akses pendidikan, sistem ini justru menimbulkan praktik-praktik manipulatif, mulai dari jual-beli domisili hingga penggelembungan data kependudukan.
Zonasi Dinilai Tidak Merefleksikan Keadilan
Kebijakan yang digagas untuk menghapus stigma sekolah favorit dan meratakan kualitas pendidikan ternyata justru mempersempit peluang siswa berprestasi yang tinggal jauh dari sekolah unggulan.
“Anak saya punya nilai tinggi, tapi karena jarak rumah agak jauh, justru tidak lolos. Ini tidak adil,” keluh Arif, orang tua murid di Jakarta Timur.
Manipulasi Alamat dan Data
Fenomena "sewa alamat" kembali terjadi. Banyak orang tua rela mengurus pindah domisili fiktif hanya untuk mengejar sekolah tertentu, bahkan dengan biaya jutaan rupiah.
“Selama sistem ini masih berbasis jarak, manipulasi data akan terus terjadi. Ini membuka ruang bagi ketidakadilan baru,” ujar Siti Mulyani, pengamat pendidikan dari Lembaga Advokasi Pendidikan Rakyat (LAPER).
Sekolah Favorit Masih Jadi Magnet
Walau pemerintah terus menekankan pentingnya pemerataan kualitas, kenyataannya belum semua sekolah memiliki fasilitas dan mutu pengajaran yang setara. Sekolah-sekolah unggulan tetap menjadi primadona, memicu persaingan tidak sehat sejak proses pendaftaran.
Akar Masalah: Kesenjangan Kualitas Sekolah
Pakar menilai, sistem zonasi bukanlah masalah utama, tapi ketimpangan kualitas antar sekolah yang membuatnya problematik. Tanpa pembenahan mendasar, sistem PPDB apa pun akan tetap menghadapi kecaman.
“Kalau semua sekolah bagus, tidak akan ada rebutan sekolah favorit. Sistem apa pun akan diterima dengan adil,” kata Siti.
Solusi: Evaluasi Zonasi dan Investasi pada Sekolah Pinggiran
Kementerian Pendidikan perlu mengevaluasi efektivitas sistem zonasi secara menyeluruh. Selain itu, dukungan dana, tenaga pengajar, dan fasilitas harus difokuskan ke sekolah yang selama ini tertinggal.