Polisi Tembakkan "Water Cannon" Setelah Massa BEM SI Membakar Ban dan Kawat Berduri
Tanggal: 23 Jul 2024 11:43 wib.
Pada Senin (22/7/2024), polisi menggunakan water cannon setelah massa dari aliansi BEM Seluruh Indonesia (SI) membakar ban dan spanduk di depan barisan kawat pembatas di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Kejadian tersebut terjadi pada pukul 18.37 WIB saat massa membakar sebuah roda ban beserta kardus dan spanduk yang mereka bawa saat aksi.
Saat api berkobar, sebagian dinding kawat persis di depan barisan polisi pun terbakar. Meski polisi telah memberikan peringatan kedua kepada massa karena waktu untuk berdemonstrasi seharusnya telah selesai pukul 18.00 WIB, massa masih enggan untuk membubarkan diri. Mereka menuntut agar Presiden Joko Widodo menemui mereka langsung di lokasi aksi.
Setelah api berkobar hebat, tim pemadam dari polisi pun memadamkan api. Tidak lama setelahnya, sekitar pukul 18.41 WIB, water cannon maju dan memadamkan kobaran api. Polisi juga menyemprotkan air ke arah massa yang bertahan di balik dinding beton.
Meskipun massa sempat terpukul mundur, beberapa dari mereka tetap bertahan dan mengkomando agar mahasiswa kembali merapatkan barisan. Sebagian mahasiswa pun kembali maju ke depan dinding beton dan membentuk barikade. Salah satu orator dari atas mobil komando yang terparkir di samping Patung Arjuna Wijaya, Gambir, Jakarta Pusat, menyatakan, "Jangan halangi kami untuk menyerahkan kajian yang telah kami buat."
Dalam aksi tersebut, massa membawa 12 tuntutan sebagai kritik terhadap sepuluh tahun pemerintahan Jokowi. Koordinator pusat BEM SI, Herianto mengatakan, mahasiswa turun ke jalan untuk mengadili Jokowi atas sejumlah kebijakan dan tindakan yang dinilai tidak berpihak pada rakyat. Salah satu tuntutan mereka adalah menolak kembalinya dwifungsi TNI dan Polri serta mendesak agar pemerintah segera mengesahkan RUU Perampasan Aset dan RUU Masyarakat Adat. Selain itu, mereka juga mendesak untuk menuntaskan kasus pelanggaran HAM berat dan tindak tegas pelaku represifitas kepolisian. Tuntutan lainnya termasuk menuntaskan konflik agraria, reforma agraria sejati, menuntut pemerintah untuk mengatasi limbah industri, reformasi dalam bidang pendidikan, dan melakukan kaji ulang kebijakan hilirisasi nikel.
Heri juga menekankan pentingnya pemerintah dalam meningkatkan fasilitas, pelayanan, serta sistem kesehatan. Massa juga mendesak agar pemerintah segera mencabut UU Tapera dan merevisi kembali sejumlah pasal-pasal yang dianggap bermasalah. Tak hanya itu, mereka juga menekankan pada pentingnya mewujudkan keadilan dan pemerataan pendidikan di Indonesia.
Para massa juga menuntut agar mereka bisa bertemu langsung dengan Presiden Jokowi atau siapa pun dari pihak Istana untuk menyampaikan tuntutan mereka. Tidak hanya itu, mereka juga meminta agar pemerintah dapat mewujudkan wacana pendidikan gratis di Indonesia dan merevisi kembali Permendikbud no.2 tahun 2024.