Sumber foto: Google

PLTU Masih Mendominasi, Transisi Energi Terbarukan Jalan di Tempat?

Tanggal: 7 Mei 2025 10:41 wib.
Tampang.com | Janji pemerintah untuk menggenjot transisi energi terbarukan masih belum berbanding lurus dengan realisasinya di lapangan. Meski retorika energi bersih makin sering digaungkan, PLTU berbasis batu bara masih jadi tulang punggung kelistrikan nasional, menyumbang lebih dari 60% pasokan listrik hingga awal 2025.

Dominasi PLTU Masih Kuat
Berdasarkan data Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2024–2033, porsi energi batu bara hanya akan turun tipis dalam 5 tahun ke depan, dari 61% ke 55%. Padahal Indonesia sudah menandatangani komitmen global untuk menurunkan emisi dan meningkatkan bauran energi terbarukan hingga 23% di 2025.

“Jika proyek PLTU baru masih berjalan, maka target netral karbon 2060 bisa jadi angan-angan,” ujar Fabby Tumiwa dari IESR.

Lambatnya Realisasi Proyek EBT
Sejumlah proyek pembangkit energi terbarukan seperti PLTS (solar), PLTB (angin), dan panas bumi masih tersendat, baik karena hambatan perizinan, pembebasan lahan, hingga minimnya insentif investasi. Proyek PLTS terapung di Cirata misalnya, baru mencapai 50% pada Mei 2025 dari target operasional penuh di akhir tahun.

Ketergantungan pada Energi Fosil Dinilai Berisiko
Ketergantungan berlebihan pada PLTU tidak hanya berdampak pada lingkungan, tapi juga stabilitas harga energi. Saat harga batu bara global naik, biaya produksi listrik ikut terdorong. Hal ini bisa berimbas pada tarif dasar listrik atau subsidi energi negara yang membengkak.

“Energi fosil tidak hanya kotor, tapi juga tidak stabil dari sisi biaya jangka panjang,” tambah Prof. Aditya Dharma, pakar energi dari UI.

Perlu Komitmen Politik dan Inovasi Regulasi
Pengamat menilai bahwa agar transisi energi benar-benar berjalan, pemerintah harus berani mengalihkan subsidi energi ke sektor terbarukan, mendorong integrasi EBT ke dalam sistem kelistrikan nasional, serta membuka peluang swasta dan komunitas untuk ikut mengembangkan pembangkit kecil berbasis lokal.

Kesimpulan
Transisi energi tidak cukup dengan komitmen di atas kertas. Tanpa keberanian menata ulang prioritas energi nasional, Indonesia akan tertinggal dalam perlombaan global menuju energi bersih.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved