Perusahaan Smelter Ini Akui Impor Bijih Nikel 51.000 Ton dari Filipina
Tanggal: 8 Jul 2024 20:43 wib.
PT Kalimantan Ferro Industry (KFI) mengakui bahwa mereka harus mengimpor bijih nikel dari luar negeri, terutama dari Filipina. Keputusan ini diambil untuk memastikan kelangsungan operasi proyek smelter perusahaan yang terletak di Desa Pendingin, Sanga-Sanga, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Muhammad Ardhi Soemargo, Direktur Utama PT Nityasa Prima selaku konsorsium PT KFI, menyatakan bahwa impor bijih nikel dilakukan karena terbatasnya pasokan bahan baku di dalam negeri akibat tersendatnya persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) perusahaan tambang. Hal ini membuat penambang tidak dapat menjual nikelnya. Ardhi menjelaskan bahwa keputusan ini dibuat sebagai langkah jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, terutama karena beberapa tambang belum mendapatkan RKAB.
Alasan impor bijih nikel tersebut juga didasari oleh kebutuhan akan kelangsungan operasi smelter, mengingat adanya 1.400 tenaga kerja yang bergantung pada smelter tersebut. Dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama Komisi VII DPR RI pada Senin, 8 Juli 2024, Ardhi menekankan pentingnya menjaga kelangsungan operasi smelter demi menjamin keberlangsungan mata pencaharian para pekerja.
Selain itu, CEO PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Alexander Barus juga mengakui bahwa impor bijih nikel dari Filipina merupakan langkah yang diambil oleh sejumlah perusahaan smelter untuk memastikan pasokan bahan baku. Meskipun Indonesia memiliki sumber daya dan cadangan nikel terbesar di dunia, namun stok bijih nikel dengan kadar yang dibutuhkan untuk smelter telah menipis.
Menurut Alex, sebagai langkah antisipasi terhadap menipisnya stok bijih nikel dengan kadar yang dibutuhkan, perusahaan-perusahaan smelter memutuskan untuk melakukan impor bijih nikel, terutama yang memiliki kadar fero tinggi, guna memenuhi spesifikasi khusus yang dibutuhkan dalam proses produksi. Hal ini juga sejalan dengan beroperasinya smelter nikel di dalam negeri yang membutuhkan pasokan bijih nikel dengan kadar tinggi.
Dukungan terhadap impor bijih nikel yang dilakukan oleh beberapa perusahaan smelter di Indonesia terutama untuk memastikan kelangsungan operasi smelter, dengan demikian dapat menjaga stabilitas produksi dan mendukung industri pengolahan logam nikel di dalam negeri. Meskipun Indonesia memiliki sumber daya alam nikel yang melimpah, namun tantangan dalam memenuhi kebutuhan bahan baku sesuai dengan spesifikasi tertentu merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memastikan kelancaran operasional perusahaan.