Perusahaan China GEM Investasi Rp129 Triliun Bangun Kawasan Industri Hijau IGIP di Morowali
Tanggal: 26 Mei 2025 12:15 wib.
perusahaan asal China yang bergerak di bidang daur ulang, semakin memperkuat komitmennya untuk berinvestasi di Indonesia. Baru-baru ini, perusahaan ini mengumumkan rencananya untuk membangun International Green Industrial Park (IGIP) di Morowali, Sulawesi Tengah, dengan total estimasi biaya mencapai US$8 miliar, yang setara dengan Rp129,74 triliun berdasarkan kurs Rp16.217 per dolar AS.
Sebelumnya, GEM telah menggelontorkan investasi sebesar US$30 juta untuk mendirikan China-Indonesia Joint Laboratory di Institut Teknologi Bandung (ITB). Tujuan dari investasi ini adalah untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) lokal, sebuah langkah penting untuk memastikan keberlanjutan industri di masa depan.
Pendiri GEM, Xu Kaihua, menjelaskan bahwa saat ini banyak perusahaan yang fokus pada produksi baterai untuk kendaraan listrik (electric vehicle/EV), GEM justru memilih untuk mengembangkan IGIP yang terfokus dalam daur ulang baterai dengan konsep nol emisi. "Pembangunan IGIP tahap awal membutuhkan investasi sebesar US$2 miliar, dan total diharapkan mencapai US$8 miliar," ujarnya kepada wartawan setelah kunjungan ke ITB pada Sabtu, 24 Mei 2025.
Perusahaan ini memiliki visi yang luas; limbah dari proses pengolahan nikel yang ada dapat dimanfaatkan sepenuhnya, sehingga tidak ada emisi karbon yang dibuang ke lingkungan. Saat ini, GEM telah berhasil mendaur ulang lebih dari 30 jenis sumber daya langka, termasuk kobalt, nikel, litium, tembaga, tungsten, emas, dan perak. Dengan kemampuan mereka memproses lebih dari 10% dari total limbah baterai dan limbah elektronik, harapan untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat daur ulang global semakin realistis.
"Dari seluruh dunia, kami ingin menerima limbah baterai dan elektronik untuk didaur ulang di fasilitas kami di Indonesia," kata Kaihua menegaskan komitmen global GEM. Ia juga menyoroti harapannya agar nikel yang diekspor ke luar negeri dapat diambil kembali untuk didaur ulang di Indonesia, menciptakan siklus yang berkelanjutan.
Di samping itu, GEM juga sedang mempertimbangkan untuk memasuki industri baterai, mirip dengan langkah yang diambil oleh perusahaan seperti Huayou dan CATL. Namun, mereka tidak akan terjun secara langsung, melainkan dengan berperan sebagai investor atau pemegang saham.
Pada bulan November 2024, GEM menandatangani perjanjian kemitraan senilai US$1,4 miliar dengan PT Vale Indonesia (INCO). Kemitraan ini bertujuan untuk menciptakan pabrik pengolahan nikel yang ramah lingkungan, dengan target produksi sekitar 60.000 ton nikel dalam bentuk produk olahan setiap tahunnya. Investasi tersebut juga mencakup alokasi US$40 juta untuk pusat penelitian, US$30 juta untuk proyek yang berkaitan dengan Environmental, Social, and Governance (ESG), serta US$10 juta untuk pengembangan masyarakat dan fasilitas umum.
Selama periode Januari hingga September 2024, GEM mencatat pengiriman prekursor terner mencapai 143.000 ton, yang menunjukkan pertumbuhan sebesar 18,94% secara tahunan. Sementara itu, pengiriman kobalt tetroksida melesat hingga 14.500 ton, menjadikannya mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 93,33% dibanding tahun sebelumnya. Proyek nikel di Indonesia juga menunjukkan performa yang mengesankan, dengan produksi dan penjualan mencapai 31.800 ton nikel MHP, mengalami lonjakan tahunan yang signifikan sebesar 83,43%.
GEM memiliki rencana jangka panjang untuk mendaur ulang berbagai jenis baterai, dengan volume 23.000 ton baterai listrik yang berhasil dikelola pada tahun tersebut, menunjukkan kenaikan 16,78% secara tahunan. Selain itu, perusahaan ini juga mencatat RMB 1,116 juta dari penjualan daur ulang tungsten, mencatat pertumbuhan 47,35% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Dengan performa yang positif ini, GEM berkomitmen untuk terus berupaya mencapai semua target yang telah ditetapkan untuk tahun ini.