Pertumbuhan Uang Beredar M2 pada Juni 2025 Mencapai Rp9.597,7 Triliun
Tanggal: 24 Jul 2025 09:56 wib.
Bank Indonesia (BI) baru saja mengumumkan bahwa likuiditas perekonomian, yang diukur melalui uang beredar dalam definisi luas (M2), menunjukkan pertumbuhan yang signifikan pada bulan Juni 2025. Angka pertumbuhannya tercatat sebesar 6,5 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy), mencapai total Rp9.597,7 triliun.
Dalam pernyataan resmi yang disampaikan di Jakarta pada Selasa, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa peningkatan pertumbuhan M2 yang tercatat adalah lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan Mei 2025 yang hanya mencapai 4,9 persen (yoy). Pertumbuhan M2 yang melonjak ini didorong oleh dua komponen utama yaitu uang beredar sempit (M1) yang tumbuh sebesar 8,0 persen dan uang kuasi yang juga mengalami kenaikan sebesar 4,7 persen.
Ramdan mengungkapkan bahwa pertumbuhan M2 pada Juni 2025 terpengaruh oleh beberapa faktor, dengan fokus utama pada penyaluran kredit dan juga aktiva luar negeri bersih yang turut berkontribusi dalam komposisi likuiditas perekonomian. Dalam hal penyaluran kredit, tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 7,6 persen (yoy), meskipun sedikit menurun dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang mencapai 8,1 persen (yoy).
Penting untuk dicatat bahwa kredit yang dihitung dalam data ini hanya mencakup pinjaman langsung dan tidak termasuk instrumen keuangan sebagaimana surat berharga, tagihan akseptasi, atau tagihan repo. Selain itu, kredit yang diberikan oleh bank internasional yang berkedudukan di luar negeri serta kredit kepada pemerintah pusat dan bukan penduduk juga tidak terhitung.
Di sisi lain, aktiva luar negeri bersih juga menunjukkan kinerja yang positif dengan pertumbuhan sebesar 3,9 persen, yang menunjukkan kestabilan jika dibandingkan dengan bulan Mei 2025. Namun, di tengah pertumbuhan ini, tagihan bersih kepada pemerintah pusat justru mengalami kontraksi yang cukup signifikan, tercatat anjlok 8,2 persen (yoy), setelah sebelumnya mengalami penurunan yang drastis pada bulan Mei dengan kontraksi mencapai 25,7 persen (yoy).
Tidak hanya itu, BI juga mencatat perkembangan uang primer (M0) yang disesuaikan juga mengalami pertumbuhan. Pada Juni 2025, M0 adjusted tumbuh sebesar 8,6 persen (yoy), melanjutkan pertumbuhan yang cukup tinggi dari bulan sebelumnya yang mencapai 14,5 persen (yoy). Uang primer ini terakumulasi sebesar Rp1.957,1 triliun, didorong oleh pertumbuhan uang kartal yang beredar sebesar 9,0 persen (yoy) serta giro bank umum di BI yang disesuaikan dengan pertumbuhan 8,1 persen (yoy).
Secara keseluruhan, data dan perkembangan ini menggambarkan adanya dinamika yang menarik dalam ekonomi Indonesia, di mana faktor-faktor seperti pengendalian moneter dan insentif likuiditas menjadi pemeran penting dalam perkembangan likuiditas perekonomian. Tentunya, pemantauan dan analisis yang mendalam diperlukan untuk memahami setiap aspek yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ini.