Pertahanan Israel Lumpuh Hadapi Rudal Iran, Ini Sebabnya

Tanggal: 19 Jun 2025 22:52 wib.
Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) baru-baru ini mengungkapkan klaim mengejutkan mengenai keberhasilan mereka dalam serangan rudal terbaru yang dilancarkan terhadap Israel. Dalam pernyataan resmi mereka, IRGC menyebutkan bahwa mereka telah menerapkan "metode baru" yang efektif dalam memaksa sistem pertahanan udara Israel untuk melakukan serangan satu sama lain. Hal ini menjadi sorotan global mengingat ketegangan yang terus meningkat di kawasan Timur Tengah.

"Selama operasi ini, berkat penerapan metode serta kemampuan baru dalam sektor intelijen dan peralatan militer, sistem komando dan kontrol pertahanan multi-level musuh terhambat dan mulai saling menyerang," ungkap IRGC, dikutip oleh kantor berita Tasnim dan dilaporkan oleh Antara pada hari Senin, 16 Juni 2025. Penyebaran informasi ini menunjukkan bahwa Israel, meskipun memiliki salah satu sistem pertahanan udara paling canggih di dunia, ternyata dapat rentan dan tidak sempurna dalam menghadapi serangan yang terorganisir dengan baik.

Sebelumnya, pada malam Jumat, 13 Juni, Angkatan Bersenjata Israel (IDF) meluncurkan operasi besar yang dinamakan Rising Lion. Dalam operasi ini, Angkatan Udara Israel melepas serangan kepada berbagai target militer skala besar, termasuk fasilitas program nuklir Iran. Serangan tersebut dilakukan di berbagai lokasi di Iran, terutama di Teheran, yang menyebabkan kematian sejumlah pejabat tinggi militer Iran, termasuk kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran dan komandan IRGC, serta beberapa ilmuwan yang terlibat dalam penelitian nuklir.

Di antara fasilitas yang menjadi sasaran serangan adalah Natanz dan Fordow, yang dikenal sebagai pusat pengayaan uranium, serta sejumlah posisi militer Iran di berbagai wilayah negara tersebut. Oleh karena itu, serangan ini dapat dianggap sebagai salah satu langkah agresif yang paling signifikan dari Israel dalam beberapa tahun terakhir terhadap Iran.

Menanggapi serangan tersebut, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, melalui pidato kepada publiknya, menyebut tindakan Israel sebagai kejahatan dan memperingatkan bahwa Israel akan menghadapi "nasib yang pahit dan mengerikan" akibat tindakannya. Pernyataan ini menunjukkan betapa serius dan tegas sikap Iran terhadap tindakan yang dianggap provokatif itu.

Sebagai balasan atas serangan yang dilancarkan oleh Israel, IRGC mengumumkan peluncuran Operasi True Promise III, yang ditujukan langsung kepada target-target militer di Israel. Langkah ini menunjukkan komitmen Iran untuk mempertahankan kedaulatannya dan mengimbangi serangan yang dianggapnya sebagai ancaman eksistensial.

Dalam perkembangan terkait, Kementerian Intelijen Iran menyatakan bahwa mereka telah berhasil memperoleh akses ke program-program serta dokumen rudal Israel. Menteri Intelijen Iran, Esmaeil Khatib, mengeklaim bahwa dokumen-dokumen tersebut merupakan "harta karun informasi intelijen" yang dapat memperkuat daya serang Iran. "Sebagian dari dokumen yang kami terima penting untuk memahami program militer dan rudal Israel serta dokumentasi teknis yang terkait dengan proyek-proyek ilmiah dan teknis penggunaan ganda," tambah kementerian tersebut dalam rilis resmi.

Kementerian tersebut menegaskan bahwa sebagian besar data intelijen itu akan digunakan oleh angkatan bersenjata Iran, sementara informasi lainnya akan dibagikan kepada negara-negara sekutu atau organisasi-organisasi serta kelompok-kelompok yang menentang kehadiran Israel. Dengan demikian, situasi di kawasan ini menjadi semakin kompleks, dan ketegangan antara kedua negara cenderung akan terus berlanjut seiring dengan semakin intensifnya pertukaran informasi dan serangan militer antara keduanya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved