Sumber foto: iStock

Persiapan Menghadapi Ancaman Gempa Megathrust di Indonesia

Tanggal: 5 Okt 2024 18:46 wib.
Masyarakat Indonesia belakangan ini dihebohkan dengan isu mengenai potensi gempa megathrust di Indonesia yang ramai diperbincangkan di berbagai media sosial. Isu ini semakin menjadi sorotan publik setelah gempa dahsyat berkekuatan 7,1 Skala Richter (SR) terjadi di Pulai Kyushu, Jepang pada 8 Agustus lalu. Daryono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menyatakan bahwa potensi gempa megathrust bisa terjadi di dua zona, yaitu Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut, dan saat ini hanya tinggal menunggu waktu hingga peristiwa itu terjadi.

Penelitian menunjukkan bahwa zona megathrust tersebut sudah lama tidak mengalami gempa besar, yang disebut sebagai seismic gap, bahkan lebih dari dua abad. Biasanya, gempa besar memiliki siklusnya sendiri dalam rentang waktu ratusan tahun. Namun, BMKG sendiri belum dapat memastikan kapan bencana alam tersebut akan terjadi. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyatakan pihaknya terus membahas isu ini agar masyarakat dapat bersiap menghadapi efek dari gempa megathrust di Indonesia.

Dalam sebuah wawancara dengan CNN Indonesia, Dwikorita menekankan bahwa isu mengenai potensi gempa megathrust bukanlah hal baru. Namun, pemerintah dan beberapa pakar berusaha mengingatkan masyarakat untuk segera melakukan langkah mitigasi, edukasi, persiapan, dan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana alam tersebut.

Pihak BMKG telah mempersiapkan diri dengan berbagai langkah antisipasi terkait dengan potensi gempa megathrust. Pertama, mereka telah menempatkan sensor-sensor sistem peringatan dini tsunami InaTEWS menghadap ke wilayah-wilayah berpotensi terkena gempa megathrust. Sensor-sensor ini merupakan bagian dari upaya untuk memitigasi dampak dari gempa megathrust.

Selain itu, BMKG juga aktif dalam edukasi masyarakat lokal dan internasional terkait dengan potensi gempa megathrust. Mereka mendampingi pemerintah daerah untuk menyiapkan berbagai infrastruktur mitigasi, seperti jalur evakuasi, sistem peringatan dini, hingga tempat perlindungan tsunami. Pihak BMKG juga terlibat dalam Indian Ocean Tsunami Information Center yang bertujuan untuk memberikan edukasi terhadap 25 negara di kawasan Samudra Hindia dalam menghadapi gempa dan tsunami.

Sebagai bagian dari persiapan menghadapi potensi gempa megathrust, BMKG juga rutin melakukan pemeriksaan terhadap sistem peringatan dini yang telah diserahkan kepada pemerintah daerah. Mereka mengingatkan bahwa pemeliharaan dan pengujian sistem peringatan dini menjadi tanggung jawab pemerintah daerah untuk memastikan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana alam.

Tidak hanya itu, upaya menyebarluaskan peringatan dini bencana juga dilakukan oleh BMKG. Dengan bantuan Kementerian Komunikasi dan Informatika, mereka berusaha untuk membantu menyebarkan informasi terkait dengan potensi gempa megathrust kepada masyarakat secara lebih luas.

Dalam menghadapi ancaman gempa megathrust, baik pemerintah maupun masyarakat perlu memiliki kesiapsiagaan yang baik. Melalui langkah-langkah yang telah dilakukan oleh BMKG, diharapkan bahwa potensi dampak dari gempa megathrust dapat diminimalisir dan masyarakat dapat lebih siap menghadapi ancaman tersebut.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved