Perkembangan Kurs Rupiah Terbaru: Imbas dari Harapan Pemotongan Suku Bunga AS

Tanggal: 14 Mar 2025 21:52 wib.
Pengamat ekonomi dan Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, menyatakan bahwa penguatan nilai tukar rupiah baru-baru ini sangat dipengaruhi oleh meningkatnya harapan terkait pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed). Ekspektasi ini muncul setelah diumumkannya data Indeks Harga Produsen (PPI) Amerika Serikat untuk bulan Februari 2025 yang menunjukkan penurunan signifikan, yaitu menjadi 0,0 persen, lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya yakni 0,3 persen. Selain itu, data mengenai PPI Inti juga mencatatkan penurunan menjadi 0,1 persen.Ibrahim menjelaskan bahwa data terbaru mengenai inflasi di AS menunjukkan angka yang lebih rendah dari harapan pasar. Baik Indeks Harga Konsumen (CPI) maupun PPI menunjukkan adanya tekanan inflasi yang lebih lemah. Situasi ini semakin memperkuat spekulasi bahwa The Fed mungkin akan mempertimbangkan untuk melakukan pemotongan suku bunga pada akhir tahun ini. Hal ini sangat penting mengingat pertemuan The Fed yang dijadwalkan pada 18-19 Maret untuk membahas kebijakan suku bunga. Banyak analis memprediksi bahwa tidak akan ada perubahan suku bunga pada pertemuan tersebut, mengingat inflasi yang tetap tinggi dan adanya ketegangan dalam hubungan perdagangan.Dari sisi global, ketegangan perdagangan juga menjadi sorotan dengan ancaman dari Presiden AS, Donald Trump, untuk memberlakukan tarif tambahan sebesar 200 persen pada minuman beralkohol Eropa, termasuk anggur dan sampanye. Ancaman ini merupakan balasan atas keputusan Uni Eropa yang mengenakan tarif 50 persen terhadap wiski dari Amerika. Ibrahim menilai bahwa langkah tersebut, yang akan mulai berlaku pada 1 April, adalah respons terhadap tarif 25 persen yang ditetapkan oleh AS terhadap produk baja dan aluminium yang diimpor. Selain itu, Trump juga berencana memberlakukan tarif timbal balik secara luas pada 2 April, yang dapat menciptakan ketidakpastian lebih lanjut di kalangan investor global.Hal senada juga diungkapkan oleh Rully Nova, seorang analis dari Bank Woori Saudara, yang menyebutkan bahwa penguatan nilai tukar rupiah berkorelasi dengan data PPI AS yang lebih rendah dari ekspektasi, sehingga meningkatkan harapan akan penurunan suku bunga The Fed. Namun demikian, di sisi domestik, terdapat kekhawatiran yang cukup besar mengenai kekurangan anggaran pemerintah.Pada penutupan perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah menunjukkan performa yang positif, menguat sebesar 78 poin atau sekitar 0,47 persen sehingga mencapai Rp16.350 per dolar AS, naik dari sebelumnya yang tercatat di Rp16.452 per dolar AS. Di sisi lain, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia juga menunjukkan penguatan ke level Rp16.392 per dolar AS, meningkat dari posisi sebelumnya yang berada di Rp16.280 per dolar AS.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved