Sumber foto: @byibnhsn

Perbedaan Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

Tanggal: 13 Jul 2025 08:43 wib.
Suku Baduy, masyarakat adat yang tinggal di pedalaman Pegunungan Kendeng, Banten, seringkali menarik perhatian karena ketaatan mereka pada adat istiadat leluhur. Namun, tak banyak yang tahu kalau Suku Baduy ini tidak homogen. Mereka terbagi dua kelompok besar yang punya perbedaan mencolok dalam banyak hal, yakni Baduy Dalam dan Baduy Luar. Memahami perbedaan ini penting untuk mengapresiasi keunikan dan kekayaan budaya mereka secara utuh, bukan cuma dari kulit luarnya saja.

Tingkat Ketaatan pada Aturan Adat

Perbedaan paling mendasar antara Baduy Dalam dan Baduy Luar terletak pada tingkat ketaatan mereka terhadap pikukuh (aturan adat). Masyarakat Baduy Dalam, yang bermukim di tiga kampung inti (Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik), adalah pemegang teguh adat yang paling ketat. Mereka sangat membatasi diri dari pengaruh dunia luar dan teknologi modern. Kehidupan mereka diatur oleh serangkaian larangan (buyut) yang sangat ketat, yang bertujuan untuk menjaga kesucian dan keaslian tradisi.

Sebaliknya, Baduy Luar, yang tersebar di kampung-kampung di sekitar wilayah Baduy Dalam, sedikit lebih terbuka. Mereka masih memegang adat, tapi dengan fleksibilitas yang lebih besar. Perubahan dan adaptasi terhadap dunia luar lebih bisa diterima oleh Baduy Luar, asalkan tidak melanggar prinsip dasar adat yang fundamental. Perbedaan ini bisa diibaratkan seperti lingkaran konsentris, dengan Baduy Dalam sebagai inti yang paling murni dan Baduy Luar sebagai lapisan pelindung yang lebih lentur.

Pakaian dan Penampilan Fisik

Salah satu cara termudah membedakan Baduy Dalam dan Baduy Luar adalah dari pakaian yang mereka kenakan. Laki-laki Baduy Dalam selalu memakai pakaian adat berwarna putih polos dengan ikat kepala putih. Pakaian putih ini melambangkan kesucian dan kemurnian. Kain yang digunakan juga adalah hasil tenun sendiri, tanpa jahitan mesin. Mereka juga dilarang menggunakan alas kaki, sehingga kemana pun mereka pergi, kaki telanjang adalah pemandangan biasa. Rambut mereka dipanjangkan dan tidak dipotong.

Sementara itu, laki-laki Baduy Luar mengenakan pakaian adat berwarna hitam atau biru tua. Meskipun pakaiannya juga dari tenun, warnanya lebih gelap dan bisa menggunakan jahitan. Mereka diperbolehkan memakai alas kaki seperti sandal jepit atau sepatu. Ikat kepala yang digunakan juga berwarna biru gelap atau hitam. Rambut mereka juga bisa dipotong pendek, tidak harus panjang seperti Baduy Dalam. Perempuan dari kedua kelompok memiliki pakaian adat yang mirip, berupa kain tenun dan kebaya, namun perbedaannya kurang mencolok dibandingkan laki-laki.

Penggunaan Teknologi dan Barang Modern

Aspek lain yang membedakan adalah penerimaan terhadap teknologi dan barang modern. Masyarakat Baduy Dalam secara mutlak menolak penggunaan teknologi elektronik, kendaraan bermotor, bahkan sabun, pasta gigi, atau alat masak modern. Mereka tidak menggunakan listrik, ponsel, atau internet. Aktivitas sehari-hari masih mengandalkan cara tradisional, seperti memasak dengan tungku kayu bakar, penerangan obor, dan berjalan kaki untuk bepergian.

Kontras dengan itu, Baduy Luar lebih permisif terhadap teknologi dan barang modern, meskipun tetap ada batasannya. Mereka bisa menggunakan ponsel, meski seringkali model lama tanpa internet. Beberapa di antara mereka memiliki akses listrik, menggunakan alat masak sederhana, atau bahkan memanfaatkan kendaraan bermotor untuk keperluan tertentu, terutama saat berinteraksi dengan dunia luar untuk berdagang atau bersekolah. Mereka juga boleh menggunakan sabun atau pasta gigi. Toleransi ini memungkinkan Baduy Luar menjadi jembatan antara Baduy Dalam dan dunia modern.

Interaksi dengan Dunia Luar dan Pariwisata

Dalam hal interaksi dengan dunia luar dan pariwisata, Baduy Dalam sangat membatasi diri. Mereka tidak mengizinkan wisatawan untuk menginap di kampung mereka, apalagi mengambil foto atau video secara bebas. Kunjungan ke Baduy Dalam sangat diatur dan terbatas, biasanya hanya untuk tujuan studi atau penelitian yang disetujui. Tujuan pembatasan ini adalah menjaga keaslian dan kekudusan wilayah adat mereka dari gangguan dan pengaruh asing.

Sebaliknya, Baduy Luar jauh lebih terbuka terhadap wisatawan. Kampung-kampung Baduy Luar sering menjadi pintu gerbang bagi pengunjung yang ingin mengenal budaya Baduy. Mereka mengizinkan wisatawan menginap di rumah-rumah penduduk (sebagai homestay), berjualan hasil kerajinan tangan, dan lebih luwes dalam interaksi. Baduy Luar juga lebih aktif dalam berdagang hasil bumi dan kerajinan ke luar wilayah, menjalin hubungan ekonomi dengan masyarakat di sekitarnya. Peran Baduy Luar ini penting sebagai "penyangga" yang menyaring dan mengatur interaksi antara Baduy Dalam dan dunia modern.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved