Sumber foto: Canva

Penyebab Jakarta Masih Sering Banjir

Tanggal: 14 Jul 2025 17:16 wib.
Jakarta dan banjir seolah jadi dua hal yang sulit dipisahkan. Setiap musim hujan tiba, genangan air sudah jadi pemandangan biasa di berbagai sudut Ibu Kota, bahkan kadang sampai melumpuhkan aktivitas kota. Fenomena ini bukan lagi sekadar siklus tahunan biasa, tapi masalah kompleks yang berakar pada berbagai faktor. Bukan hanya karena curah hujan tinggi, tapi juga kombinasi dari kondisi geografis, tata kota, hingga perilaku masyarakat. Memahami akar masalahnya penting supaya bisa mencari solusi yang lebih tepat dan efektif.

Kondisi Geografis dan Geologi Jakarta yang Rentan

Jakarta itu unik secara geografis. Letaknya di dataran rendah, bahkan sebagian wilayahnya berada di bawah permukaan laut. Sekitar 40% wilayah Jakarta Utara, misalnya, sudah berada di ketinggian di bawah permukaan laut rata-rata saat pasang. Ditambah lagi, ada 13 sungai yang mengalir melintasi kota ini dan bermuara di Teluk Jakarta. Saat hujan deras di wilayah hulu (misalnya Bogor dan Puncak), air dari sungai-sungai ini akan melimpah ke Jakarta.

Yang lebih parah, Jakarta mengalami fenomena penurunan muka tanah (land subsidence) yang sangat cepat. Penurunan ini terjadi karena eksploitasi air tanah yang berlebihan untuk kebutuhan rumah tangga dan industri, serta beban bangunan yang sangat berat. Penurunan tanah membuat posisi Jakarta semakin rendah, sehingga air semakin sulit mengalir ke laut dan mudah tergenang. Bahkan, tembok penahan banjir laut (giant sea wall) yang dibangun pun menghadapi tantangan besar karena tanah di baliknya terus turun. Ini adalah masalah geologis yang memperparah kondisi Jakarta.

Tata Ruang dan Infrastruktur yang Kurang Memadai

Perkembangan Jakarta yang pesat juga punya andil besar dalam masalah banjir. Pembangunan yang masif menyebabkan banyak lahan resapan air berubah jadi bangunan atau jalan beraspal. Hutan kota, sawah, atau rawa-rawa yang dulunya berfungsi menyerap air, kini tertutup beton. Akibatnya, air hujan tidak bisa meresap ke dalam tanah dan langsung jadi aliran permukaan yang membanjiri jalanan.

Selain itu, sistem drainase atau saluran air di Jakarta seringkali tidak berfungsi optimal. Banyak saluran yang ukurannya tidak lagi memadai untuk menampung volume air hujan dan kiriman dari hulu. Saluran-saluran ini juga sering tersumbat oleh sampah dan lumpur, mengurangi kapasitasnya menampung air. Proyek-proyek normalisasi sungai yang bertujuan memperlebar dan memperdalam sungai juga berjalan lambat dan belum mencakup semua titik kritis. Kapasitas pompa air di beberapa lokasi juga belum bisa mengatasi volume genangan air saat hujan ekstrem. Infrastruktur yang ketinggalan zaman ini jadi salah satu penyebab utama kenapa genangan air bertahan lama.

Perilaku Masyarakat dan Sampah

Meskipun pemerintah punya andil besar, perilaku masyarakat juga jadi faktor penting yang memperparah banjir. Masih banyak warga yang membuang sampah sembarangan ke sungai atau selokan. Sampah-sampah ini menumpuk, menyumbat aliran air, dan membuat sistem drainase jadi tidak efektif. Bahkan, tumpukan sampah yang tebal bisa membentuk "bendungan" dadakan yang menyebabkan air meluap ke permukiman.

Selain sampah, kebiasaan membangun rumah di bantaran sungai atau di atas saluran air juga menghambat aliran air dan menyulitkan upaya normalisasi sungai. Kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan dan tidak merusak fasilitas umum masih perlu ditingkatkan agar upaya pencegahan banjir bisa lebih efektif. Tanggung jawab ini bukan hanya ada di pundak pemerintah, tapi juga di setiap individu yang tinggal di Jakarta.

Perubahan Iklim dan Curah Hujan Ekstrem

Di luar faktor internal kota, perubahan iklim global juga memberikan kontribusi signifikan. Intensitas curah hujan di Jakarta cenderung meningkat, dengan pola yang lebih ekstrem. Hujan deras yang dulunya jarang, kini lebih sering terjadi dengan volume air yang jauh lebih besar dalam waktu singkat. Ini membuat sistem drainase dan sungai yang ada kesulitan menampung volume air yang tiba-tiba melimpah.

Meskipun ini adalah masalah global, dampaknya sangat terasa di kota-kota padat seperti Jakarta yang sudah punya kerentanan tinggi terhadap banjir. Fenomena extreme weather events menjadi tantangan baru yang harus dihadapi dalam perencanaan kota dan sistem mitigasi bencana di masa depan. Adaptasi terhadap perubahan iklim bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan.

Integrasi Solusi Jangka Panjang

Masalah banjir Jakarta adalah multi-faset dan tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu cara. Dibutuhkan integrasi solusi jangka panjang yang melibatkan berbagai pihak. Ini termasuk tata ruang yang lebih ketat untuk menjaga lahan resapan, normalisasi sungai yang berkelanjutan, peningkatan kapasitas drainase dan pompa, pengelolaan sampah yang efektif, hingga edukasi masyarakat untuk mengubah perilaku. Selain itu, upaya serius untuk mengatasi penurunan muka tanah dan adaptasi terhadap perubahan iklim menjadi sangat krusial. Jakarta bisa bebas banjir, tapi perlu komitmen bersama dan aksi nyata dari semua elemen kota.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved