Sumber foto: iStock

Pentingnya Kewaspadaan Pemerintah Sebelum Impor Beras

Tanggal: 28 Jun 2024 18:48 wib.
Tekanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus berlanjut dan menjadi perhatian sejak Kamis (27/6/2024). Mengacu data Refinitiv, dolar AS naik menjadi Rp16.420/US$ hanya dalam dua menit sejak perdagangan dibuka. Meskipun kemudian terdapat sinyal penguatan, rupiah berhasil ditutup dengan menguat tipis pada hari itu, yakni di level Rp16.395/US$ atau mengalami penguatan tipis sebesar 0,03% dalam sehari.

Dalam situasi pelemahan rupiah, tantangan cuaca, dan pergerakan harga beras internasional, pemerintah pun diminta untuk lebih berhati-hati sebelum mengambil keputusan terkait impor pangan, termasuk beras. Hal ini dihubungkan dengan potensi dampak permintaan beras oleh Indonesia di pasar internasional terhadap harga dan dinamika pasar global.

Muncul pertanyaan, seharusnya apakah pemerintah menahan kegiatan impor beras saat ini?

Guru Besar IPB, Dwi Andreas, mengungkapkan bahwa keputusan lanjut atau menahan impor beras di tengah situasi pelemahan rupiah sebenarnya bersifat situasional. Ia menilai bahwa rencana impor beras sebanyak 3,6 juta ton yang telah direncanakan sejak awal oleh pemerintah mungkin tidak akan menimbulkan masalah jika tetap dilanjutkan. Namun, kondisi akan berbeda jika pemerintah melanjutkan rencana impor beras tambahan sebanyak 5,17 juta ton tahun ini. Andreas meminta pemerintah untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan.

Andreas menyampaikan pandangan bahwa impor beras sebanyak 3,6 juta ton tidak akan menimbulkan masalah jika dilanjutkan, karena pemerintah diyakini telah memiliki kontrak dengan beberapa negara sehingga tidak akan berdampak signifikan terhadap kenaikan harga. Namun, impor tambahan sebesar 5,17 juta ton perlu dipertimbangkan dengan lebih hati-hati mengingat situasi saat ini.

Selain itu, Andreas juga mengingatkan bahwa harga beras internasional akan menjadi fluktuatif ketika Indonesia membutuhkan beras dalam jumlah besar. Oleh karena itu, pemerintah perlu lebih berhati-hati dalam memutuskan kegiatan impor.

Sekretaris Utama Badan Pangan Nasional (Bapanas), Sarwo Edhy, mengungkapkan bahwa hingga akhir tahun nanti, akan ada stok beras nasional sebanyak 9,66 juta ton. Namun, jumlah tersebut masih dapat tercapai jika ekspektasi produksi sebanyak 31,57 juta ton tahun ini terpenuhi. Selain itu, rencana impor beras sebesar 3,6 juta ton juga perlu menjadi pertimbangan dalam memastikan ketersediaan beras di dalam negeri.

Menurut Sarwo Edhy, kebutuhan impor beras tidak dapat dihindari jika terjadi kekurangan dalam produksi dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah harus siap mengantisipasi potensi kekurangan tersebut dengan melakukan kegiatan impor.

Pernyataan tersebut memberi sinyal bahwa pemerintah bersiap untuk mengimpor beras dalam jumlah besar sampai 5,17 juta ton. Namun, hal ini harus diikuti oleh kehati-hatian dalam pengambilan keputusan untuk memastikan stabilitas harga beras di pasar domestik dan internasional.

Sebagai negara agraris dengan potensi produksi beras yang besar, Indonesia perlu menjaga kualitas dan ketersediaan beras dalam negeri. Oleh karena itu, kebijakan terkait impor beras harus diambil dengan strategi yang hati-hati untuk mengantisipasi berbagai kondisi, antara lain fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, kondisi cuaca, harga beras internasional, dan potensi produksi beras dalam negeri.

Dalam hal ini, pemerintah dapat mempertimbangkan berbagai skenario dalam kegiatan impor beras, termasuk jumlah impor, asal negara pemasok, dan stabilitas harga beras internasional. Langkah-langkah preventif juga dapat diambil untuk mengurangi dampak fluktuasi harga beras internasional terhadap pasar domestik.

Pemerintah dapat bekerja sama dengan Badan Pangan Dunia (FAO) serta lembaga internasional lainnya untuk mendapatkan informasi terkait prospek produksi dan harga beras tahun ini. Kerjasama dengan negara-negara mitra dagang juga dapat mempermudah akses terhadap pasokan beras yang dibutuhkan sambil memastikan stabilitas harga.

Selain itu, pemerintah juga dapat menggalakkan program peningkatan produksi dan efisiensi distribusi beras dalam negeri. Dukungan terhadap petani, penyediaan sarana produksi yang memadai, dan penerapan teknologi pertanian yang modern dapat membantu memperkuat ketahanan pangan Indonesia.

Pemerintah juga dapat memperkuat peran Bulog dalam mengelola stok beras nasional serta memastikan distribusi beras yang merata dan adil di seluruh wilayah Indonesia. Langkah ini juga dapat membantu menjaga kestabilan harga beras di pasar domestik.

Dengan langkah-langkah proaktif dan strategis, pemerintah dapat menjaga ketersediaan dan stabilitas harga beras dalam negeri sekaligus meminimalisir dampak fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan pergerakan harga beras internasional. Keputusan terkait impor beras perlu diambil dengan hati-hati dan berdasarkan analisis mendalam terhadap kondisi pasar global, prospek produksi beras dalam negeri, serta ketersediaan stok beras nasional.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved