Sumber foto: Google

Pentingnya Kesiapan SDM dalam Menghadapi Kemajuan Teknologi di Asia

Tanggal: 22 Mar 2025 14:29 wib.
Tampang.com | Perkembangan teknologi yang pesat di Asia, termasuk di Indonesia, menuntut kesiapan sumber daya manusia (SDM) agar tidak tertinggal dalam arus perubahan. CEO Enable Project sekaligus Koordinator Konsorsium Gerbangtara, Aie Natasha, menyoroti hal ini dalam sesi Frontline Perspectives: Safeguarding Human and Environmental Rights in New Technology di konferensi Corporate Sustainability and Environmental Rights in Asia yang berlangsung di United Nations Conference Centre (UNCC-BKK), Bangkok, pada 18 Maret 2025.

Menurut Aie, pembangunan infrastruktur teknologi harus berjalan beriringan dengan peningkatan kapasitas SDM agar tidak memicu ketimpangan sosial dan ekonomi. Ia menegaskan bahwa transisi yang adil menjadi isu utama, namun tanpa strategi berkelanjutan yang didukung oleh pemerintah dan sektor bisnis, pengembangan infrastruktur dapat mengalami hambatan.

Tantangan Kesiapan SDM dalam Pembangunan IKN

Sebagai salah satu proyek besar di Indonesia, pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi contoh nyata perlunya kesiapan SDM dalam mendukung pengembangan infrastrukturnya. Dalam konteks ini, Gerakan Bangun Nusantara (Gerbangtara) hadir sebagai inisiatif kolaboratif yang fokus pada peningkatan kapasitas masyarakat lokal agar dapat berperan aktif dalam pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.

Aie juga menyoroti ketimpangan akses terhadap teknologi yang masih menjadi tantangan besar, terutama bagi komunitas pedesaan dan masyarakat adat di Asia. Ia menekankan bahwa investasi dalam teknologi harus didukung oleh kesiapan SDM yang akan mengoperasikannya.

"Perbedaan antara kota besar dan daerah terpencil bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga kesiapan tenaga kerja. Apakah mereka memiliki keterampilan yang dibutuhkan, terutama dalam ekonomi hijau? Ini yang harus kita dorong," ujar Aie.

Mendorong Investasi dalam Green Skills

Aie menggarisbawahi pentingnya investasi dalam green skills atau keterampilan berbasis keberlanjutan yang mendukung transisi energi ramah lingkungan. Menurutnya, penguatan SDM dengan keterampilan hijau merupakan kunci dalam menghadapi tantangan industri masa depan sekaligus membuka peluang inovasi dalam ekonomi sirkular.

"Penguatan SDM dengan keterampilan hijau adalah kunci menghadapi tantangan industri masa depan sekaligus membuka peluang inovasi dalam ekonomi sirkular," jelasnya.

Lebih lanjut, Aie menekankan bahwa kolaborasi lintas sektor (pentahelix), yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat sipil, akademisi, dan media, menjadi faktor utama dalam mendorong kebijakan serta praktik bisnis yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Sinergi Lintas Sektor untuk Masa Depan Berkelanjutan

Keterlibatan semua pihak, dari komunitas lokal hingga para pembuat kebijakan, sangat penting agar kemajuan teknologi tidak mengorbankan hak asasi manusia maupun kelestarian lingkungan. Konferensi ini menghadirkan berbagai pakar global, termasuk Ben Hardman (Mekong Legal Director, Earth Rights International), Sarayu Natarajan (Founder, Aapti Institute), Patchareeboon Sakulpitakphon (Sustainability & Impact Lead, PALO IT Thailand), dan Jehan Wan Aziz (Rule of Law Lead, UNDP Malaysia).

Dengan sinergi lintas sektor, diharapkan pembangunan tidak hanya berfokus pada infrastruktur teknologi, tetapi juga pada kesiapan SDM sebagai penggerak utama perubahan. Konferensi ini menjadi momentum bagi pemimpin bisnis, aktivis, dan regulator untuk merancang strategi pembangunan yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan berpihak pada masyarakat.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved