Peningkatan Angka Pengangguran dan Dampaknya pada Anak Muda Indonesia
Tanggal: 2 Agu 2024 22:25 wib.
Tingkat pengangguran di Indonesia saat ini telah menunjukkan peningkatan yang signifikan, terutama pada golongan anak muda Indonesia dalam rentang usia 15-29 tahun. Angka pengangguran ini tercatat mencapai 7,53% hingga Februari 2024, mendekati angka sepanjang tahun 2023 yang mencapai 10,28%. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran terutama karena dampaknya yang mungkin meliputi berbagai aspek, salah satunya adalah dampak psikologis terhadap para pencari kerja muda.
Selain angka pengangguran yang mengkhawatirkan, terdapat fakta bahwa ratusan ribu anak muda Indonesia merasa putus asa dalam mencari pekerjaan. Badan Pusat Statistik (BPS) bahkan mengkategorikan kelompok ini sebagai hopeless of job. Kondisi ini diprediksi dapat berpotensi menyebabkan anak muda menjadi putus asa, mudah menyerah, kehilangan semangat, merasakan frustrasi, bahkan hingga mengalami depresi.
Berdasarkan data BPS per Februari 2024, ditemukan bahwa terdapat 369,5 ribu anak muda dalam rentang usia 15-29 tahun yang dikategorikan sebagai hopeless of job. Jumlah ini mencapai 56% dari total pada tahun 2023 yang mencapai 575 ribu anak muda. Bahkan, pada tahun 2022, jumlah anak muda dengan status hopeless of job mencapai titik tertinggi yaitu 1,1 juta.
Mayoritas dari golongan hopeless of job (55,8%) di antaranya memiliki pendidikan rendah, atau hanya lulusan SMP ke bawah. Selain itu, kurangnya lapangan pekerjaan di Indonesia, terutama di sektor formal, pergeseran nilai-nilai budaya kerja generasi muda, hingga ketidaksesuaian antara lapangan pekerjaan dengan pendidikan yang diperoleh, menjadi penyebab utama tingginya angka hopeless of job ini.
Anak muda yang tergolong dalam kategori hopeless of job juga rentan terhadap depresi. Berdasarkan laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), prevalensi depresi di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 1,4%. Tertinggi dirasakan oleh usia 15-24 tahun atau generasi Z, yang mencapai 2%.
Peningkatan angka pengangguran dan masuknya anak muda ke dalam kategori hopeless of job bukan hanya menjadi masalah ekonomi, namun juga meningkatkan risiko terhadap kesehatan mental generasi muda. Salah satu solusi yang perlu dipertimbangkan adalah meningkatkan akses pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, serta memperluas kesempatan kerja yang sesuai dengan kemampuan dan minat generasi muda. Dalam mengantisipasi dampak psikologisnya, juga harus ada peran aktif dari lembaga pemerintah, dunia usaha, serta masyarakat untuk memberikan dukungan dan pembinaan kepada para pencari kerja muda. Kondisi ini menekankan pentingnya kolaborasi dan upaya bersama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan karier dan kesejahteraan psikologis generasi muda di Indonesia.