Pengaruh Media Singapura Terhadap Kebijakan Baru Pariwisata Indonesia
Tanggal: 28 Jun 2024 18:37 wib.
Media Singapura menyoroti kebijakan baru pariwisata RI. Disebutkan bagaimana RI akan menyederhanakan proses perizinan dan birokrasi untuk menarik acara-acara global papan atas, seperti konser.Channel News Asia (CNA) menuliskan artikel berjudul 'Indonesia will simplify licensing, bureaucracy process to attract top global events: Tourism minister' pada Kamis.
Dikutip pernyataan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, di sela-sela konferensi Forum Ekonomi Dunia di Dalian, China. Disebut bahwa RI tengah berupaya mendigitalkan izin dan lisensi yang dibutuhkan untuk mendatangkan acara-acara internasional berkualitas baik. Ditegaskan bahwa fleksibilitas akan dilakukan untuk menarik acara-acara populer ke RI.
Menurut laman itu, "Beberapa acara musik (dan) acara olahraga ... telah melihat Indonesia sebagai pasar yang bagus, tetapi agak mundur ketika harus berhadapan dengan birokrasi, birokrasi yang berbelit-belit, dan langkah-langkah yang perlu dipenuhi sebelum acara-acara tersebut dapat berhasil," kutip laman itu membuat sang menteri, dikutip Jumat (28/6/2024). Tambahan dari Menparekraf, "Negara ini telah membuat beberapa kemajuan," tambahnya mengutip Sandiaga Uno lagi. "Berkat kemajuan teknologi, kami telah mampu membangun jaringan koneksi internet yang sangat luas di seluruh destinasi wisata ini. Namun, kami perlu berbuat lebih banyak lagi," ujarnya.
Laman itu juga membuat pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengatakan proses birokrasi yang rumit dalam penyelenggaraan acara, khususnya untuk konser, menjadi penyebab Indonesia kehilangan kesempatan menjadi tuan rumah bagi banyak pertunjukan internasional. Ia bahkan mengutip contoh bintang pop Taylor Swift yang menggelar konsernya di Singapura. Padahal, sebanyak 11,7 juta wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia, tahun lalu menghasilkan peningkatan pengeluaran per orang sebesar 40 hingga 50%.
Menurut laporan Bank Dunia bulan ini, perekonomian RI juga diharapkan tumbuh dengan kecepatan yang stabil di tahun-tahun mendatang. Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) diperkirakan mencapai rata-rata 5,1% per tahun dari tahun 2024 hingga 2026, meskipun ada ketidakpastian geopolitik dan volatilitas harga pangan dan energi.
Sebelumnya, mengutip The Strait Times yang dibuat NY Post, Thailand dan Filipina sempat mengecam Singapura karena memonopoli konser. Ini merujuk konser Taylor Swift Maret 2024 lalu. Keduanya mengecam Negeri Singa atas dugaan kesepakatan eksklusivitas yang mencegah bintang pop berusia 34 tahun itu membawa "Eras Tour" ke negara-negara lain di Asia Tenggara. Meski konser tersebut meningkatkan perekonomian Singapura, kesepakatan tersebut dilakukan dengan "mengorbankan negara-negara tetangga, yang tidak dapat menarik penonton konser asing dan penggemarnya harus pergi ke Singapura".
Pada Kamis, Channel News Asia (CNA) telah menyoroti rencana RI yang akan menyederhanakan proses perizinan dan birokrasi untuk menarik acara-acara global papan atas, seperti konser. Hal ini dituangkan dalam pernyataan langsung dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, di sela-sela konferensi Forum Ekonomi Dunia di Dalian, China.
Menurut Menparekraf Uno, upaya untuk mendigitalkan izin dan lisensi yang dibutuhkan untuk mendatangkan acara-acara internasional berkualitas baik juga akan dilakukan dengan melakukan fleksibilitas untuk menarik acara-acara populer ke RI. Dalam kutipan dari CNA, Uno menyatakan, "Beberapa acara musik (dan) acara olahraga ... telah melihat Indonesia sebagai pasar yang bagus, tetapi agak mundur ketika harus berhadapan dengan birokrasi, birokrasi yang berbelit-belit, dan langkah-langkah yang perlu dipenuhi sebelum acara-acara tersebut dapat berhasil."
Pernyataan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga disoroti, yang menyatakan bahwa proses birokrasi yang rumit dalam penyelenggaraan acara, khususnya untuk konser, menjadi penyebab Indonesia kehilangan kesempatan menjadi tuan rumah bagi banyak pertunjukan internasional. Ia bahkan mengutip contoh bintang pop Taylor Swift yang menggelar konsernya di Singapura. Padahal, sebanyak 11,7 juta wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia, tahun lalu menghasilkan peningkatan pengeluaran per orang sebesar 40 hingga 50%.
Lebih lanjut, dilaporkan bahwa Presiden Jokowi menekankan pentingnya menyederhanakan proses perizinan dan birokrasi dalam penyelenggaraan acara internasional. Perlu diingat bahwa upaya untuk menarik acara-acara internasional memiliki kontribusi besar dalam peningkatan perekonomian Indonesia.
Dalam konteks pertumbuhan ekonomi, laporan Bank Dunia bulan ini juga menyoroti prospek perekonomian RI yang diharapkan tumbuh dengan kecepatan stabil di tahun-tahun mendatang. Diperkirakan bahwa pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) akan mencapai rata-rata 5,1% per tahun dari tahun 2024 hingga 2026, meskipun ada ketidakpastian geopolitik dan volatilitas harga pangan dan energi. Hal ini menunjukkan bahwa langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Indonesia dalam menyederhanakan proses perizinan dan birokrasi untuk acara-acara internasional diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi negara.
Sebagai catatan tambahan, sebelumnya, The Strait Times yang dikutip oleh NY Post, melaporkan bahwa Thailand dan Filipina sempat mengecam Singapura atas dugaan kesepakatan eksklusivitas yang menghambat bintang pop Taylor Swift membawa "Eras Tour" ke negara-negara lain di Asia Tenggara. Meski konser tersebut meningkatkan perekonomian Singapura, dugaan kesepakatan tersebut dilakukan dengan "mengorbankan negara-negara tetangga, yang tidak dapat menarik penonton konser asing dan penggemarnya harus pergi ke Singapura". Hal ini menunjukkan kompleksitas dalam industri hiburan dan peran pentingnya perizinan dan birokrasi dalam menarik acara-acara internasional.