Sumber foto: google

Pemuda di Indramayu 'Doyan' Makan Paku, Berujung Masuk RS

Tanggal: 28 Jun 2024 13:28 wib.
Pemuda di Indramayu belakangan ini menjadi sorotan publik setelah aksi nekat mereka makan paku. Fenomena ini menjadi perhatian khusus karena tidak hanya berdampak pada kesehatan pemuda, tetapi juga menimbulkan pertanyaan besar terkait motif di balik aksi tersebut. Insiden tersebut berujung pada masuknya beberapa pemuda ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan medis.

Seorang pria berinisial SH (22), warga Indramayu terpaksa menjalani operasi di rumah sakit dikarenakan ada 70 paku di dalam tubuhnya yang ia telan sendiri selama 6 bulan lamanya. Kebiasaan SH (22) pemuda asal Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu makan benda tajam seperti paku dan jarum berawal dari halusinasi. Hasil pemeriksaan medis, SH mengidap waham kebesaran atau delusion of grandiosty. SH merasa kebal hingga mendorongnya untuk memakan paku dan jarum pentul.

Ketidaktahuan akan bahaya yang ditimbulkan dari aksi tersebut telah membawa sejumlah pemuda Indramayu ke rumah sakit. Para dokter di RS setempat menyatakan bahwa paku yang dimakan dapat memberikan dampak yang sangat serius bagi kesehatan. Mulai dari kerusakan pada lambung, pendarahan, hingga infeksi dalam tubuh.

Istilah waham kebesaran ditunjukkan pada orang dengan gangguan kejiwaan (ODGJ) yang berhalusinasi bahwa dirinya merupakan orang penting dan berpengaruh, mungkin mempunyai kelebihan kekuatan yang terpendam, atau benar-benar merupakan figur orang kuat sepanjang sejarah. "Jadi kalau analisa dokternya tuh itu ada waham kebesaran, merasa dia itu kebal," kata Direktur RSUD Indramayu, Deden Bonni Koswara dihubungi, Rabu (25/6/2024).

Deden menceritakan mengalami halusinasi. SH merasa mendapat bisikan dari seorang perempuan. Lantas, perempuan itu mememinta SH untuk memakan benda tajam. SH pun memakan jarum dan paku. Hingga akhirnya terungkap 70 paku bersarang di tubuhnya.Dilihat dari sisi medis, tindakan makan paku merupakan hal yang sangat berbahaya. Paku terbuat dari bahan logam yang tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia.

Ketika dimakan, paku akan merusak organ-organ dalam tubuh serta meningkatkan risiko terkena infeksi parah. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa sejumlah pemuda yang terlibat dalam aksi tersebut akhirnya harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Kejadian ini juga menimbulkan berbagai pertanyaan tentang kondisi psikologis pemuda di Indramayu.

Apa yang mendorong mereka untuk mengambil risiko dan melakukan hal-hal ekstrem seperti makan paku? Faktor sosial, tekanan kelompok, atau kurangnya kesadaran akan dampak buruk dari tindakan tersebut mungkin menjadi beberapa hal yang patut dipertimbangkan dalam mengidentifikasi akar permasalahan ini.

Tidak hanya itu, peran orang tua, lembaga pendidikan, dan masyarakat secara luas juga perlu dievaluasi dalam mencegah kejadian serupa terulang di masa depan. Pendidikan mengenai bahaya tindakan ekstrem dan pemahaman akan nilai-nilai positif serta kesadaran akan dampak buruk dari tindakan tersebut sangat penting untuk disosialisasikan kepada generasi muda.

Mengingat dampak yang serius dari insiden ini, perlu adanya tindakan preventif dan edukasi yang lebih intensif. Media sosial juga perlu turut bertanggung jawab dalam menyaring konten-konten berbahaya yang dapat merusak kesehatan dan moralitas masyarakat.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved