Pemuda Bali Angkat Cokelat Lokal hingga Tembus Pasar Global

Tanggal: 21 Agu 2025 08:59 wib.
Seorang pemuda asal Bali, Kadek Surya Prasetya Wiguna, memilih meninggalkan kenyamanan kariernya di perusahaan pelat merah demi membangun ekosistem kakao lokal yang lebih berdaya. Bersama sang ayah, ia mendirikan CAU Chocolates dengan semangat memberdayakan petani dari hulu hingga hilir.

Indonesia memang dikenal sebagai salah satu produsen kakao terbesar di dunia, namun rantai distribusi yang panjang membuat petani lokal kerap merugi. Dari kondisi inilah, Kadek berangkat untuk menghadirkan perubahan.

“Bisnis bagi kami bukan sekadar keuntungan, tapi gerakan sosial agar petani bisa merdeka secara ekonomi. Kami pangkas rantai distribusi supaya petani mendapat harga lebih adil. Kini mereka bisa menerima hingga 90 persen dari standar harga kakao dunia, jauh lebih tinggi dibanding sebelumnya 70 persen,” ujar Kadek dalam keterangan pers, Senin (18/8).

Langkah CAU Chocolates terbukti membuahkan hasil. Sepanjang Januari–Juli 2025, ekspor produk cokelatnya meningkat enam kali lipat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Tiga varian teratas yang diminati pasar internasional adalah Organic Raw Cocoa Nib, Organic Sweet Nibs, dan Cokelat Compound.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor kakao Indonesia sepanjang 2024 mencapai 2,62 miliar dolar AS, naik 118,64 persen dibanding tahun sebelumnya. Kakao kini menjadi penyumbang devisa terbesar ke-4 di sub-sektor perkebunan, setelah sawit, karet, dan kelapa.

Tak hanya melalui toko oleh-oleh, CAU Chocolates juga memanfaatkan kanal digital seperti Shopee. Berbagai fitur e-commerce, mulai dari Shopee Ads, Shopee Live, hingga kampanye tanggal kembar, terbukti mendongkrak penjualan hingga dua kali lipat.

“Shopee bukan hanya membuka akses pasar yang lebih luas bagi kami, tapi juga menjadi mitra misi sosial kami: mengangkat derajat petani lokal. Dengan begitu, Indonesia bisa bersaing di pasar dunia,” tambah Kadek.

Kini CAU Chocolates telah memberdayakan lebih dari 600 petani di Bali, dengan produktivitas melonjak hingga 2 ton per hektare per tahun, jauh di atas rata-rata nasional 600 kilogram. Bahkan, brand ini menjadi satu-satunya produsen cokelat Indonesia dengan tiga sertifikasi organik internasional dari Indonesia, USDA, dan Uni Eropa.

Tidak berhenti pada produksi, Kadek juga merintis Desa Cokelat Bali dan Choco Land, agrowisata edukatif yang mengenalkan wisatawan pada budaya pertanian sekaligus proses pembuatan cokelat.

Atas dedikasinya, Kadek mendapat pengakuan sebagai Duta Petani Milenial dari Kementerian Pertanian RI.

Perjalanan CAU Chocolates menjadi bukti bahwa semangat kemandirian ekonomi bisa lahir dari cokelat, dan dari tangan anak muda Indonesia, harum namanya kini tercium hingga ke pasar global.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved