Pembangunan Ruang Publik di Waduk Retensi Marunda Belum Jadi Prioritas Tahun Ini
Tanggal: 30 Mei 2025 19:35 wib.
Jakarta, Tampang.com – Proyek pembangunan kawasan Waduk Retensi Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, yang telah mangkrak selama 11 tahun, tampaknya belum akan menjadi fokus utama Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Utara pada tahun ini. Meskipun waduk ini direncanakan sebagai solusi banjir dan juga kawasan wisata, pengerjaan lebih lanjut masih terhenti.
Kepala Seksi Pemeliharaan Drainase Suku Dinas (Sudin) SDA Jakarta Utara, Yudo Widiatmoko, menjelaskan bahwa saat ini, fokus pihaknya baru pada pengerjaan lansekap. “Setahu saya tahun ini, fokus dinas tahun ini belum ke sana (pembangunan ruang publik), baru pengerjaan lansekap saja,” kata Yudo saat dikonfirmasi, Kamis (29/5/2025).
Tanggung Jawab dan Kondisi Terkini Waduk
Yudo juga menjelaskan bahwa proyek pembangunan Waduk Retensi Marunda merupakan tanggung jawab Dinas SDA Provinsi DKI Jakarta, khususnya bidang rob. “Untuk waduk tersebut Dinas SDA Jakarta yang mengerjakan, bidang rob,” sebutnya. Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pihak Dinas SDA DKI Jakarta terkait kelanjutan proyek pembangunan di kawasan tersebut.
Waduk Retensi Marunda diperkirakan mulai dibangun pada tahun 2014, saat Joko Widodo masih menjabat sebagai Gubernur Jakarta. Pembangunan ini bertujuan untuk mengurangi banjir yang kerap melanda wilayah tersebut akibat luapan air dari Kali Blencong. Selain fungsi penanggulangan banjir, waduk ini juga direncanakan menjadi kawasan wisata bagi warga pesisir Jakarta, dengan taman di sekelilingnya yang bisa dimanfaatkan untuk berkumpul, berolahraga, bersantai, dan kegiatan lainnya. Namun, proyek tersebut belum rampung hingga kini.
Pada Rabu (28/5/2025) siang, Kompas.com meninjau langsung kondisi Waduk Retensi Marunda. Waduk ini dibangun di atas lahan seluas 56 hektare, yang sebelumnya merupakan area empang milik warga. Empang-empang tersebut kemudian disatukan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta dan dijadikan hamparan waduk yang cukup luas.
Meskipun pembangunan secara keseluruhan mangkrak, badan waduk sudah terbentuk dan terlihat cukup terawat hingga kini. Air waduk berwarna biru kehijauan dan tampak menyegarkan mata, tanpa terlihat sampah mengambang, sehingga waduk terlihat bersih. Kendati demikian, kawasan di sekitar waduk yang sedianya akan dijadikan taman atau tempat wisata terlihat terbengkalai. Ilalang tumbuh tinggi di sekeliling waduk, menandakan area tersebut tak terurus. Pintu masuk waduk di bagian ujung bahkan telah ditutup menggunakan pagar seng.
Dari balik pagar seng, Kompas.com mengamati kondisi area dalam waduk. Paving block yang sebelumnya terpasang di depan pintu masuk kini tampak hancur, dan di dalam area waduk juga terlihat satu bangunan semi permanen yang terbuat dari kayu. Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun waduk itu sendiri terawat, pengembangan area sekitarnya masih jauh dari harapan.